♥♥♥♥♥ Condong mato ka nan rancak condong salero ka nan lamak rancak di awak katuju di urang ♥♥♥♥♥

03/11/09

seorang teman

Lumayan lamo indak batamu jo kawan lamo samaso sakola dahulu. Alhamdulillah Allah swt mangiriman dan maijinan untuk batamu baliak jo kawan lamo.

Dari maso batamu baliak mambuek hari-hari lumayan tanang. Tarimo kasih yo sobat yang slalu agiah dukungan dan saba mahadapi sifat supiak yang suko labil.

Mudah-mudahan kedekatan awak salalu di berkahi Allah swt.
Selengkapnya...

21/10/09

Logat Piaman

Kini ko, supiak posting pakai bahaso minang. hehehe.. buliah di cubo lo. Dari patang-patang supiak pakai bahaso indonesia se taruih. Maklum se lah bahaso indonesia bahaso nasional Indonesia.

Apo yo ota nan kalamak kini ko yo. Ups iyo. Patang ga sangajo supiak cari-cari di internet baa bana logat bahaso minangko. Dari sekian banyak nan di dapek logat piaman nan banyak muncul..hehehe..

Ahh rancak juo ko untuak di baco-baco. Sadang mambaconyo supiak agak tagalak-galak jo senyum surang se, antah a nan ka disabuik. Di salah satu website forum rang piaman tu urang-urangtu bagurau jo bahaso piaman. Nde karano supiak rang bukik alias rang bukiktinggi jd agak susah juo manangkok apo mukasuiknyo..ahhaha.. klo tulisan masih bisa di baco baulang-ulang supayo mangarati kalau urang piaman nan mangecek antah baa lai, yo susah di mangarati..hehehe

Itulah minagkabau nan banyak macamnyo.

Jadi ingek waktu rayo idul fitri patangko, supiak diajak kawan samaso sakola dulu karumah dunsanaknyo dakek pasar minggu jakarta selatan. Kawan supiak ko keturunan pariaman sungai sariak, jadi tantulah dunsanak kawan supiak ko urang piaman. Kecek kawan supiak ko karumah ajo wak nah..hehehh ondeh yo rang piaman wee mah.hahaha

Sasampai di tampek ajo tu. Mulailah ajo tu bacarito.ondeh yo paniang supiak dek nyo, memang samo-samo urang awak tapi ondeh yo baa ko payah antena supiak manangkok hahah alias mangarati mukasuik carito ajo tu.

Kawan yang memang keturunan rang piaman ko yo tagalak mancaliak supiak agak susah manangkok.hahaha.. sampai-sampai di ulang carito ajo tu baliak..hehehe...

Kadang supiak acok tagalak mandanga dunsanak kawan yang mangecek logat piaman, sampai-sampai kawan supiak ko mangecek ka supiak "eee jan digalakan dapek ughang piaman wee beko.." hahahaa

Begitulah logat piaman yang unik dan mengasikkan kalau di danga, itu sih bagi supiak gatau ya bagi kawan-kawan yang lainnya.

Selengkapnya...

20/10/09

Gempa ..

Tidak cuma ranah minang saja yang terkena gempa, daerah-daerah lainnya juga terkena goncangan gempa. Katanya karena pergerakan lempeng.

Tidak habis fikir oleh saya supiak minang, teringat pada saat kejadian gempa di ranah minang yang berpusat di pariaman itu, saya yang sedang bekerja di daerah sudirman jakarta lt 24 juga merasakan goncangan tersebut. Betapa hebatnya goncangan pada saat itu. Saya yang merasakan agak sedikit trauma, apalagi saya berada pada ketinggian. Memang kekuatan gempa yang saya rasakan pada waktu itu tidak sehebat goncangan pada saat gempa tasikmalaya, tetapi saya cukup trauma.

Saya cukup prihatin bagaimana kondisi jiwa rekan- rekan yang berada pada daerah pusat gempa tersebut. Tentunya merasakan trauma yang cukup mendalam, apalagi sampai anggota keluarga menjadi korban.

Kita hanya manusia biasa, kita hanya bisa berdoa mudah-mudahan kita selalu di beri keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah swt, baik gempa ataupun bencana lainnya itu kita tidak dapat mengelaknya.

Selengkapnya...

19/10/09

Ranah minang berduka

Kali ini cukup mengharukan, ranah minang tidak lama ini berduka. Pada tanggal 30 september 2009 sumatera barat di guncang oleh gempa dengan kekuatan 7,6 SR. cukup mengharukan.

Tidak cuma harta benda yang menjadi sasaran, nyawa pun juga menjadi ancaman. Salah satu website memaparkan gambar-gambar pada kejadian gempa tersebut, yaitu http://www.boston.com/bigpicture/2009/10/2009_sumatra_earthquakes.html

Banyak isu-isu yang beredar sehingga mengaitkan kejadian gempa tersebut dengan Al Quran. Salah satu teman mengirimkan ke email saya yang isinya berikut ;

Jam Gempa & Klenik Nomor Ayat Al-Quran

Ternyata penomoran surat dan ayat di Al-Quran bukan ditetapkan langsung dari langit. Penomoran itu dilakukan oleh manusia, sebagaimana perbedaan penulisan teks Al-Quran di sekian banyak mushaf yang pasti berbeda jumlah halamannya. Lafadz Al-Quran itu memang dari Allah, tetapi penomoran surat dan ayat hanya buatan manusia, meski tetap berdasarkan petunjuk dari Rasulullah SAW. Tetapi penomoran itu tidak baku, sangat mungkin berbeda dan bervariasi.

Sebuah SMS masuk ke P1i SonyEricsson saya. Entah siapa yang mengirim, saya tidak tahu karena namanya tidak tercatat di phonebook. Tapi isi SMS itu menarik untuk direnungkan. Orang di seberang sana bertanya, bolehkah mempercayai SMS dan kabar yang beredar bahwa ternyata ada kesesuaian antara waktu terjadinya gempa di Padang dan Jambi dengan nomor ayat di Al-Quran.

SMS yang banyak beredar menyebutkan bahwa gempa Padang terjadi pada jam 17.16, gempa susulan 17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Konon angka-angka itu kalau dicocokkan dengan nomor surat dan ayat Al-Quran ternyata terkait dengan bencana. Lalu ramailah pembicaraan seolah-olah Al-Quran menyimpan informasi tentang gempa bumi dan data jam kejadiannya.

Contoh Pertama :

Gempa di Padang terjadi jam 17.16. Kalau kita buka Al-Quran pada surat yang ke-17 ayat ke-16, kita akan dapati terjemahannya sbb):

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Oleh banyak orang, ayat yang bercerita tentang penghancuran suatu negeri ini ada kaitannya dengan gempa di Padang, karena nomor ayat dan suratnya cocok dengan jam kejadiannya, yaitu jam 17:16.

Contoh Kedua :

Gempa susulan di Padang terjadi pada jam 17.58. Kalau kita buka surat ke-17, Al Israa’ ayat 58, kita akan menemukan terjemahanannya sbb :

“Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) , melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).”

Wah, kok kayak kebetulan ya, kok ngepas sekali ayat itu dengan jam kejadian gempa susulan?, kira-kira begitu kita diajak berpikir. Apalagi masih ditambah dengan info yang berikutnya :

Contoh Ketiga

Gempa di Jambi hari berikutnya terjaid pada pukul 8.52. Surat ke-8 itu adalah Surat Al Anfaa. Kalau kita buka ayat nomor 52, terjemahannya sbb :

“(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutny a serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.”


Jawaban

Saat menerima SMS itu saya tidak langsung menjawab, sebab memang dalam posisi yang tidak siap untuk menjawab, apalagi hanya pakai SMS. Tapi kemarin ketika meyampaikan ceramah di Majelis Taklim Telkomsel Gatot Subroto, ada pertanyaan serupa yang membuat saya tidak bisa mengelak untuk menjawab.

Jawaban saya adalah bahwa intinya hal itu tidak benar. Sangat tidak benar bahkan. Kenapa? Ada banyak ketidak-sesuaian dan ketidak-sambungan logika kalau mau dipaksa-paksakan.

Pertama : Al-Quran Tidak Mengenal Jam

Sistem penghitungan waktu yang dikenal Al-Quran hanya penghitungan hari, bulan dan tahun. Adapun sistem penghitungan waktu dengan jam yang kita gunakan saat ini, hanya buatan manusia. Berlakunya hanya berlaku di zaman kita ini saja.

Pada saat Al-Quran diturunkan 14 abad yang lalu, manusia belum mengenal pembagian waktu yang sehari 24 jam. Di satu sisi, Al-Quran adalah kitab yang abadi, sementara penggunaan sistem waktu dan jam akan selalu berubah. Bagaimana mungkin Al-Quran menyimpan pesan yang hanya dikhususkan untuk satu zaman saja?

Di masa mendatang boleh jadi kita akan meninggalkan sistem penghitugan jam yang sekarang ini dengan sitem yang lain. Kalau sehari sekarang ini kita hitung menjadi 24 jam, boleh jadi kapan-kapan kita buat menjadi 100 jam dengan ukuran sama yaitu sehari semalam.

Atau boleh jadi kita akan menggunakan sistem jam bintang (baca:stardate) seperti yang diperkenalkan dalam serial film StarTrek. Kalau pakai stardate, gempa di Padang yang jam 17:16 itu adalah -313252.8234398783. Masih minus karena stardate baru akan dimulai pada 1 Januari tahun 2323.

Lalu siapa yang menetapkan bahwa satu hari terdiri dari 24 jam, 1 jam terdiri dari 60 menit, dan 1 menit terdiri dari 60 detik? Yang pasti ketentuan itu tidak datang dari langit sebagai wahyu. Konon besaran itu diambil dari peradaban Babylonia yang mengenal sistem penghitungan sexagesimal yang berbasis angka (60). Sedangkan istilah `jam` konon sudah digunakan oleh peradaban Mesir kuno sebagai 1/24 dari mean matahari.

Yang jadi pertanyaan, apakah Al-Quran mengakui hitungan-hitungan itu lalu menyelipkan informasi di sela-sela nomor ayat? Kok jadi mirip film X-files?

Kedua : Jam Kita Adalah Jam Politis

Selain Al-Quran tidak mengenal penghitungan waktu dengan jam, pada dasarnya sistem jam yang kita gunakan ini bersifat politis. Gempa di Padang itu hanya dianggap terjadi pada jam 17:16 kalau menurut hitungan waktu Indonesia Bagian Barat. Karena Padang itu terdapat di wilayah NKRI.

Tapi seandainya -ini hanya seandainya- kota Padang itu bukan bagian dari Negara Indonesia, tentu gempa tidak terjadi pada jam 17:16, tetapi bisa saja malah jam 18:16 atau jam 16:16. Semua tergantung kebijakan pemerintahannya.

Kok gitu?

Ya memang begitu. Mari kita buat pengandaian. Seandainya kota Padang itu bagian dari Singapura, maka kejadian gempa itu pastinya bukan jam 17:16, tetapi jam 18:16. Sebab meski letaknya lebih di Barat dari Jakarta, tapi secara kebijakan Pemerintah Singapura menetapkan jam mereka lebih dulu dari Indonesia. Kalau Jakarta atau WIB itu GMT+7, ternyata Singapura malah GMT+8.

Padahal posisi Singapura lebih ke Barat dibandingkan Jakarta. Seharusnya Jakarta lebih dulu dari Singapura. Tapi sekali lagi karena ini hanya urusan politis dua negara yang beda pemerintahan, maka akhirnya Singapura yang lebih dekat ke kota Padang malah punya jam yang lebih dulu dari jam Jakarta.

Jadi angka 17:16 yang katanya merupakan surat ke-17 ayat ke-16, kalau dikait-kaitkan dengan jam kejadian gempa Padang, tentu 100% dusta, hanyalah ilusi, hayal, dan tidak tepat. Kenapa? Karena penetapan hitungan jam itu bersifat nisbi.

Salah satu bukti bahwa penetapan jam itu semata-mata politis adalah kalau kita berada di negeri sub-tropis. Setiap ganti musim baik dari musim panas ke musim dingin atau sebaliknya, pemerintah punya kebijakan untuk mengubah atau melompat jam secara massal. Yang tadinya jam 07.00 pagi, secara massal di bawah perintah penguasa, rakyat diminta mengubah jamnya jadi jam 08.00. Heboh kan?

Konon sejarah gonta-ganti jam ini belum lama. Awalnya dimulai pada saat krisis minyak pada tahun 1970-an. Waktu krisis minyak tersebut, harga minyak menjadi berlipat ganda dan minyak pun menjadi barang langka. Berhubung minyak diperlukan untuk seluruh industri dan berbagai keperluan sehari-hari lainnya, pemerintah Swiss (dan beberapa negara Eropa lainnya, kalau nggak salah) memutuskan memajukan satu jam.

Dengan cara itu berarti negara ini menghemat satu jam pemakaian minyak, lantaran satu jam dianggap hilang. Jadi kalau ditetapkan pada tanggal sekian waktu dimajukan satu jam pada jam 12 malam, pada waktu jam menunjukkan 24.00, semua jam dimajukan menjadi jam 01.00. Ini artinya waktu antara 24.00-01.00 tidak eksis alias hilang.

Tapi kemudian `hilang`-nya waktu ini pun diganti pada waktu pergantian jam di musim dingin, dengan diundurnya waktu selama satu jam. Artinya kalau tanggal X harus ganti waktu musim dingin pada jam 12 malam, sewaktu jam menunjukkan pukul 24.00, seluruh jam diundur menjadi 23.00. Artinya waktu 23.00-24.00 berulang dua kali, dua jam. Impas kan. Ribet ya?

Tapi intinya saya cuma mau bilang bahwa penghitungan jam itu sangat nisbi dan sangat politis. Tidak layak Al-Quran memberi informasi berdasark kebijakan politis sebuah pemerintahan.

Ketiga : Sistem Penomoran Ayat Quran Cuma Ijtihad Manusia

Lafadz Al-Quran memang dari Allah SWT yang sampai kepada kita sepanjang 14 abad dengan proses periwayatan yang mutawatir. Tetapi urusan penomoran ayat-ayatnya ternyata tidak merupakan ketetapan dari Allah SWT.

Karena itulah kita menemukan para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah total ayat Al-Quran. Ternyata jumlahnya yang konon 6.666 ayat itu malah tidak ada rujukannya. Cobalah iseng-iseng ambil kalkulator lalu jumlahkan semua ayat yang ada di 114 surat, hasilnya pasti bukan 6.666.

Lho kok?

Nah, biar mudahnya silahkan baca tulisan saya sebelumnya tentang perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jumlah total ayat Al-quran, silahkan klik di link ini.

Perbedaan dalam menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak menodai Al-Quran. Kasusnya sama dengan perbedaan jumlah halaman mushaf dari berbagai versi percetakan. Ada mushfah yang tipis dan sedikit mengandung halaman, tapi juga ada mushfah yang tebal dan mengandung banyak halaman.

Yang membedakanya adalah ukuran font, jenis dan tata letak (lay out) halaman mushaf. Tidak ada ketetapan dari Nabi SAW bahwa Al-Quran itu harus dicetak dengan jumlah halaman tertentu.

Lalu apa kaitannya dengan tema yang kita sedang bahas?

Kaitannya adalah bahwa nomor ayat itu juga bersifat nisbi. Kalau angka jam digital menyebutkan 17:16, lalu dianggap itu merupakan kode isyarat nomor surat dan ayat di Al-Quran, maka nomor itu mau menggunakan versi yang mana?

Kalau pakai mushaf yang umumnya kita pakai memang barangkali ada kebetulannya untuk cocok, tetapi kita harus ingat bahwa ada berjuta jenis dan versi mushaf di dunia ini, dimana nomor surat dan ayat 17:16 belum tentu terkait dengan musibah gempa.

Keempat : Al-Quran Bukan Buku BMG

Al-Quran sejak awal diturunkan tidak pernah disebutkan mengandung informasi dunia teknologi. Apalagi hanya dikaitkan dengan nomor-nomor surat atau nomor-nomor ayat di dalamnya. Nomor-nomor itu 100% buatan manusia, sama sekali tidak datang dari Allah SWT. Jadi kalau dipercayai sebagai bagian dari wahyu, sungguh sebuah kekeliruan yang fatal.

Memang benar bahwa Al-Quran adalah kitab petunjuk, tetapi tentu saja bukan petunjuk yang terkait dengan hal-hal teknis. Kita tidak akan menemukan tatacara membangun gedung, membikin mobil, menangkap ikan, menanam padi di sawah, atau mengetahui kapan terjadi bencana alam. Jelas sekali Al-Quran tidak diturunkan untuk kebutuhan seperti itu.

Kalau Al-Quran diyakini sebagai buku referensi teknologi, berarti kita secara tidak langsung telah menuduh Nabi Muhammad SAW telah zalim atau tidak mengerti Al-Quran.

Kok gitu?

Ya, karena Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang sah ditugaskan untuk menjelaskan isi Al-Quran, bahkan disebutkan bahwa beliau adalah Al-Quran yang berjalan. Kalau di dalam Al-Quran itu ada info tentang kapan terjadi bencana alam, lalu Nabi SAW diam saja tidak bilang apa-apa, berarti Nabi SAW itu zalim, karena tidak memberikan peringatan dini. Itu kalau kita anggap Nabi SAW tahu semua isi Al-Quran.

Tapi kalau kita bilang bahwa Nabi SAW tidak tahu ada informasi seperti itu di dalam Al-Quran, maka kita juga telah menuduh yang salah kepada beliau. Masak ada info tentang gempa di dalam Al-Quran, Nabi SAW malah tidak tahu? Lalu buat apa jadi nabi? Nabi kok tidak tahu info dalam Al-Quran?

Lebih parah lagi, kenapa Allah SWT terkesan `menyembunyikan` info akan terjadi gempa di dalam Al-Quran? Apakah Al-Quran itu merupakan buku teka-teki? Apakah kita disuruh untuk bermain puzzle dengan nomor ayat Quran? Untuk itukah Quran diturunkan?

Betapa naifnya kalau memang begitu. Quran kitab yang agung itu ternyata tidak lebih hanya dijadikan buku teka-teki yang angka di dalamnya diotak-atik, mirip orang kecanduan judi buntut.

Astaghfirullahal- Adzhiem.

sumber : http://www.ustsarwat.com/web/berita-42-jam-gempa--klenik-nomor-ayat-alquran.html

Selengkapnya...

01/10/09

Gempa..

Ranah minang berduka. Pada hari rabu 30 sep 2009 kemaren, ranah minang di gonacang oleh gempa berkekuatan 7,6 SR. Yang berpusat di daerah pariaman. Untuk keluarga supiak yang di bukittinggi alhamdulillah selamat. Tetapi keluarga teman yang di pariaman alhamdulillah tidah apa-apa walaupun rumah retak parah.

Tidak hanya ranah minang yang di goncang oleh gempa, daerah lain pun ikut merasakan getaran tersebut. Ini baru kiamat kecil,baru peringatan kecil dari sang Pencipta. Mudah-mudahan kita semakin dekat dengan sang pencipta.

Saya pribadi supiak minang turut berduka cita atas meninggalnya para korban gempa yang dari berita terakhir saya baca sudah mencapai 200 orang.Mudah-mudahan di beri ketabahan.

Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda bersabar dan tetap ridha dengan segala ketetapan-Nya.

"Barang siapa kuambil dua kekasinya(mata) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua(mata)nya itu dengan surga".(Al Hadist)

dan

"Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengharap ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga".(Al Hadist)

Selengkapnya...

25/09/09

Hari Rayo Idul Fitri

Pada 1 syawal tentunya umat Islam merayakan hari kemenangan hari penuh berkah hari yang fitrah untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Setelah kurang lebih satu bulan berpuasa di bulan Ramadhan tibalah hari yang di tunggu-tunggu yaitu hari raya idul Fitri.

Bagi orang perantau, khususnya orang minangkabau saat ini lah saat yang tepat untuk berkumpul dengan sanak keluarga, bersilaturahim dengan sanak keluarga lainnya. Dari setelah menjalankan shalat Id, semua bersalam-salaman memohon maaf apabila sebelumnya menyakiti atau sempat membuat orang lain berkecil hati. Dengan niat yang tulus memberi maaf dan memaafkan.

Hari raya Idul fitri 1430 H kali ini saya supiak tidak dapat berkumpul dengan keluarga di kampung. Di karenakan Allah belum mengijinkan. Dari mendengar cerita sanak keluarga syukur alhmdllah semua sanak keluarga di kampung sehat wal'afiat dan berkumpul menyambut hari yang fitri ini.

Di karenakan hari yang fitri ini hari yang sangat di tunggu maka para perantau sangat banyak berdatangan dengan membawa keluarga lainnya, sehingga yang biasanya kota Bukittinggi lancar menjadi penuh dengan kendaraan dan para perantau. Dari yang biasanya untuk menempuh perjalanan dari kota padang ke Bukittinggi kurang lebih 1,5 jam sekarang menjadi 4 hingga 6 jam.

Kenapa kota Bukittinggi menjadi begitu macet, ternyata para pendatang apabila ingin berpergian ke daerah pekanbaru riau, atau hendak ke batusangkar, ataupun hendak ke medan mereka memilih singgah ke kota Bukittinggi untuk mengunjungi tempat wisata dan membeli oleh-oleh khas daerah ini. Kenapa daerah ini menjadi pilihan untuk berwisata karena daerah ini sejuk, masih asri dan memiliki makanan yang khas salah satunya seperti gulai itik cabe ijo .

Ini merupakan hal yang biasa terjadi dalam menyambut Hari raya Idul Fitri di ranah Minang.

Selengkapnya...

24/09/09

Memulai

Syukur alhamdulillah saya supiak minang sampai detik ini masih di beri umur panjang. Hari ini merupakan hari pertama untuk memulai kesibukan dan menjalani hidup semestinya. Setelah cukup lama beristirahat liburan idul fitri 1430 H. Dan mudah-mudahan kita masih di beri kesempatan untuk bertemu kembali dengan ramadhan berikutnya. Saya supiak minang mohon maaf untuk sahabat semua.
Selengkapnya...

14/09/09

Pulang kampuang

Dalam berita-berita baik dari media televisi, media cetak,media elektronik lainnya telah mulai membahas tentang mudik. Kalau bagi daerah supiak bukittinggi kalau ada perantauan yang hendak mudik maka istilah yang daerah supiak gunakan adalah pulang kampuang. Kapan biasanya tradisi pulang kampuang ini membudaya, yaitu pada saat hari libur sekolah, apalagi yang sangat banyak pulang kampuang ke kampuang halaman yaitu saat hari raya Idul fitri.


Kebetulan sekali beberapa hari lagi tradisi pulang kampuang ini akan mulai banyak. Para perantauan baik dari mana pun akan pulang ke tanah kelahiran masing-masing. Dari jauh-jauh hari tradisi berlebaran di kampuang ini di laksanakan para persatuan orang-orang minang di perantauan mengadakan pulang basamo. Sebegitu eratnya darah minang pada diri perantauan membuat mereka sangat ingin bersama-sama pulang kampuang dengan orang-orang minang lainnya. Kenapa ini gencar sekali di adakan oleh persatuan orang-orang minang di perantauan yaitu untuk mendekatkan antar orang minang yang perantauan yang satu dengan orang minang perantauan yang lainnya.

Hmm
Bagaimana dengan supiak kali ini. Amat di sayangkan supiak tidak dapat berlebaran di kampuang halaman kali ini. InsyaAllah kalau ada waktu yang tepat, masih di kasih umur panjang supiak akan pulang ke kampung halaman nan ta cinto yaitu Bukittinggi.

Selengkapnya...

08/09/09

Pepaya kuah basantan

Salah satu menu buka puasa yang tidak saya temui di daerah perantauan ini. Dahulunya semasa saya masih di bangku sekolah orang tua saya selalu mengajak saya jalan-jalan sore ke pasar bawah bukittinggi. Karena saya dan mama pergi di sore hari sudah pasti ada penjual jajanan buat berbuka puasa. Dan yang bikin saya tertarik adalah pepaya di beri kuah santan. Sungguh menarik memang, dengan tampilan warna pepaya di campurkan dengan kuah santan. Dan saya pun membelinya untuk di jadikan salah satu menu berbuka puasa saya nantinya.


Di karenakan saya tidak selalu di ajak mama ke pasar tentunya pun saya tidak selalu menyicipi pepaya berkuah santan ini. Karena saya sangat menyukai pepaya kuah santan ini, sembari pulang sekolah yang kebetulan sekolah saya berdekatan dengan pasar bawah bukittinggi maka saya langsung membelinya dengan pepaya di pisahkan dengan kuahnya yaitu kuah santan.

Di dalam keluarga tidak cuma saya saja yang menyukai makanan ini. Selain menyegarkan pepaya ini merupakan salah satu buah-buahan yang berkhasiat membantu pengaturan asam amino dan membantu mengeluarkan racun tubuh.

Sewaktu-waktu apabila saya menginginkannya saya dapat membuat pepaya kuah santan ini. dengan cara ;
1/2 buah pepaya ukuran sedang
200 ml air santan kental(pati santan)
300 ml air
Gula pasir secukupnya
Garam sedikit
Vannili secukupnya

dan

- keruk pepaya dengan sendok, atau cetakan es buah
- rebus semua bahan kuah sampai mendidih kecil...matikan
- dinginkan kuah santan

apabila anda ingin campurkan dengan es bisa juga. Untuk penyajian pepaya dan santan di pisah supaya tahan lama.

Nah selain rasanya yang segar pepaya mengandung banyak khasiat untuk tubuh kita. Jadi kenapa tidak saya menjadikan pepaya berkuah santan ini menjadi menu favorit saya.

Selengkapnya...

07/09/09

Nasi goreng padang

Syukur alhamdulillah akhirnya saya menemukan juga tempat makan yang sempat menghilang cukup lama. Makanan yang saya maksud yaitu penjual nasi goreng, gado-gado, soto padang. Memang di bilang cukup susah juga saya menemukan tempat makan khas minagkabau di daerah perantauan ini. Yang menemukan kembali tempat barunya ini adalah teman sekolah saya di bukittinggi dahulu. Dia segera memberitahukan saya kalau dia menemukan tempatnya.


Memang ada banyak orang-orang yang menjual nasi goreng, gado-gado, soto padang, teh talua tetapi untuk rasa yang bener-bener asli dan cocok di lidah saya ya yang satu ini.

Penjualnya memang orang minangkabau asli. Kenapa saya berkata seperti itu karena si penjualnya saya ajak berbiacara bahasa minang beliau menjawabnya dengan bahasa minang juga. Kenapa saya tambah yakin ini orang minangkabau asli karena dari logat dan irama bahasa minangnya saya tau sipenjual asli daerah minang bagian mananya.

Teman saya ini sudah lama berlangganan dengan si penjual ini. Pak ujang namanya. Pada saat pertama kali saya ketempat pak ujang ini saya memesan nasi goreng. Saat saya makan nasi goreng ini saya serasa berada di tanah kelahiran saya.

Setelah itu saya jadi ketagihan, apabila saya berpergian saya selalu makan ke tempat pak ujang ini. Sampai-sampai pada saat kakak perempuan saya dari bukittinggi datang berkunjung saya ajak untuk mencoba makanan di tempat pak ujang ini. Kata-kata pertama yang terucap oleh kakak perempuan saya saat mencicipi nasi gorengnya adalah wah serasa makan di daerah sendiri, yaitu di bukittinggi.

Bagaimanapun itu yang terpenting akhirnya saya telah menemukan juga di mana pak ujang berjualan dan saya pun sering berbuka puasa di sana. Akhirnyaaaa...

Selengkapnya...

03/09/09

Lapek Sagan

Makanan khas minangkabau yang satu ini adalah lapek sagan. Selain dari namanya yang cukup unik rasa makanannya pun tak kalah uniknya, kenapa unik di karenakan terbuat dari bahan beras ketan.

Saya pribadi sangat menyukai makanan ini, karena lapek sagan ini lain dari yang lainnya. Terkadang apabila ada acara kumpul keluarga, lapek sagan ini juga di suguhkan. Dalam keluarga saya pun pada saat berbuka puasa terkadang lapek sagan ini di suguhkan.


Anda penasaran..hmmm.... berikut caranya;

Bahan :
250gr ketan putih, rendam dengan air selama 4 jam, tiriskan, kukus 15 menit dalam dandang
1 butir kelapa parut, pilih yang agak muda
100 gr gula pasir
2 batang pisang tanduk (kira-kira 400gr pisang tanpa kulit), haluskan, lebih enak yg sudah matang sekali
1 sdt vanilla
½ sdt garam
Daun pisang, potong-potong sebesar bungkusan nagasari atau lapek bugih

Cara membuat:
1. Aduk rata semua bahan jadi satu, ambil 1-2 sdm adonan letakan diatas daun pisang, bungkus . 2. Susun dalam dandang, kukus, sampai matang

Lapek sagan ini biasanya di jadikan makanan sampingan, makanan pendukung atau di anggap makan cemilan.

Selengkapnya...

Asam Padeh

Orang-orang berfikir masakan daerah minangkabau identik dengan santan. Nah berikut saya akan membahas salah satu masakan dari minangkabau tanpa santan yaitu asam padeh. Dan masakan asam padeh ini membuktikan bahwa masakan minangkabau tidak indentik mengandung santan.Nah untuk campuran asam padeh bisa apa saja seperti daging,ikan, tempe,tahu, atau kentang. Tetapi di sini saya akan membahas tentang asam padeh daging.


Asam padeh daging terkadang di suguhkan menjadi salah satu menu untuk acara pernikahan atau selametan. Dan di rumah saya pun masakan asam padeh daging ini menjadi menu kesukaan keluarga, selain rasanya yang unik dan bebas dari santan.

Apabila anda ingin tau bagaimana dan apa bahan-bahannya berikut;

Bahan :

a. Daging Sapi, 500 gram. Dipotong-potong berbentuk segi empat (kotak-kotak)
b. Kentang, 250 gram. Dipotong-potong

Bumbu :

1. Cabe merah besar 7 buah
2. Cabe rawit merah 3 buah
3. Bawang putih 4 siung
4. Bawang merah 6 buah
5. Jahe sebesar ibu jari
6. Tomat merah 2 buah, tomat diiris-iris setebal 3 mm
7. Kemiri 3 buah
8. Asam kandis, 2 buah
9. Langkuas, sebesar ibu jari
10. Serei, 1 batang
11. Daun jeruk purut 2 lembar
12. Daun kunyit, 1 lembar
13. Garam secukupnya

Cara memasak

1. Masukan daging ke dalam panci bersama bumbu-bumbu yang dihaluskan
2. Selanjutnya masukan serai, daun kunyit, daun jeruk dan tomat yang sudah diris-iris.
3. Agar daging cepat empuk, pancinya ditutup waktu memasak.
4. Apabila daging setengah matang , masukan asam kandis kentang yang sudah dipotong-potong.
5. Apabila daging sudah empuk dan kuah sudah kental panci diangkat

Nb: Daging dapat diganti dengan ikan.
Selengkapnya...

02/09/09

Pangek Ikan

Lagi-lagi saya membahas tentang masakan daerah minangkabau. Selain ingin berbagi sekalian saya ingin mengingat kembali masakan yang satu ini. Pangek ikan adalah masakan khas dari Sumatera Barat. Pengek ikan berwarna merah, karena menggunakan banyak cabe. Pangek ikan menggunakan ikan gabus atau ikan–ikan air tawar dengan warna daging yang putih dan ukuran sedang.


Bumbu pangek ikan sangat khas, sehingga rasanya juga khas, pedas-pedas asam. Bagi Anda yang tak berselera makan, cobalah mencicipi pangek ikan. Masakan ini akan menggugah selera dengan syarat, ikan yang digunakan harus segar.

Di daerah lainnya di minangkabau pangek ikan di campuran dengan singkong. Memang agak berbeda dengan sampadeh ikan, yang campurannya adalah kentang

Apa anda ingin coba membuatnya berikut
BAHAN

1.Ikan Mas atau Ikan Tongkol, 1 kg, (sekitar 2 ekor)
2. Kacang Panjang, 10 lembar, dipotong-potong , 15 cm
3. Santan kental 350 cc (atau satu buah kelapa yg sudah tua)
4. Cabe Merah 10 buah
5. Cabe rawit, 5 buah
6. Jahe sebesar ibu jari
7. Kunyit sebanyak 2 (dua) ruas jari telunjuk
8. Bawang merah, 8 buah
9. Bawang putih, 5 siung
10. Kemiri, 5 buah
11. Daun kunyit satu lembar
12. Serei, satu batang
13. Asam kandis, 4 keping

BUMBU

Bumbu2 yang dihaluskan

1. Cabe
2. Jahe
3. Kunyit
4. Bawang Merah
5. Bawang putih
6. Kemiri

CARA MEMASAK

1. Potong ikan Mas atau tongkol, satu ekor (berat setengah kg) dibagi empat
2. Susun kacang panjang yg sudah dipotong-potong di penggorengan (kuali) untuk alas ikan.
3. Letakan ikan di atas kacang panjang
4. Aduk bumbu2 yg sudah dihaluskan ke dalam santan.
5. Siramkan ke atas ikan yg di dalam penggorengan
6. Masukan daun kunyit, serai , asam kandis dg garam secukupnya
7. Dimasak dan jangan lupa mengaduk santan pelan-pelan

Perlu di ingat untuk pembuatan masakan jenis ini masing-masing orang bisa berbeda takaran bahannya, jadi buat sesuai selera masing-masing.

Terkadang masakan ini di bawa atau di berikan kepada keluarga dekat pada saat berkunjung atau berlebaran.
Selengkapnya...

01/09/09

Lamang

Salah satu makanan khas dari sumatera Barat yang satu ini cukup banyak di minati yaitu lamang. Lamang adalah beras ketan yang di masak dengan santan dan di masak dalam bambu muda . Bahan utamanya adalah beras ketam putih, santan kelapa, daun pandan sedikit garam. Beras ketan di cuci bersihkan dulu dan di masukan kedalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu di lapisi dalamnya dengan daun pisang kemudian baru dituangkan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, di jaga jangan samapai ruas bambu terbakar.


Makanan yang satu ini di suguhkan pada saat acara-acara tertentu saja. Ada juga istilah malamang. Malamang adalah salah satu tradisi di Minangkabau menjelang Ramadhan, Idul Fitri, ataupun Maulid Nabi Muhammad SAW. Tetapi, aktivitas ini sepertinya lebih banyak dilaksanakan untuk menyambut Idul Fitri. Konon, pada kesempatan itu, menantu perempuan di Minang 'wajib' mengantarkan lemang buatannya sendiri ke rumah mertua, sebagai tanda bakti dan tentu saja, dalam rangka silaturahim. Tapi pada masa sekarang, tradisi ini sudah mulai pudar karena...yah, alasan klasik, globalisasi.

Selain untuk acara-acara tersebut di atas ada juga lamang ini di buat untuk di perjual belikan. Untuk para penjual lamang ini apalagi pada saat bulan puasa dan Lebaran, penjualannya bisa dua kali lipat. Adapun supaya akan terasa bervariasi makan lamang ini di makan dengan pisang,durian,atau juga bisa dengan tapai hitam.

Selengkapnya...

31/08/09

Jembatan akar

Wisata kali ini cukup unik dan menarik. Jembatan akar merupakan salah satu wisata di daerah Sumatera Barat. Objek wisata ini terletak kurang lebih 88km ke arah Selatan dari kota Padang. Kira-kira +/- 5km sebelum Painan dari perjalanan Padang - Teluk Bayur - Painan, Kec. Bayang, Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat, anda akan bertemu dengan pertigaan jalan menuju Jembatan Akar. Anda belok kiri di sini, dan mengikuti jalan kecil sepanjang +/- 18 km yang nantinya akan anda temukan sebuah sungai dengan lebar sekitar 30-35m yang bening, berarus deras namun amat menyejukkan di selingi dengan batu-batu besar.


Diatas sungai inilah membentang sebuah jembatan yang terkenal sebagai salah satu objek wisata andalan Sumatera Barat, yang dinamai oleh penduduk setempat dengan nama Jambatan Aka (Jembatan Akar). Sesuai dengan namanya, jembatan ini terbuat dari akar-akar (aka) dua pohon yang berseberangan. Panjang jembatan sekitar 30 meter, lebar lantai satu meter, dan tinggi dinding pengaman kurang lebih satu meter. Ketinggiannya dari dasar sungai sekitar enam meter.

Karena kawasan ini di anggap keramat, maka menjelang puasa banyak yang datang ke kawasan ini untuk balimau (menyucikan diri menjelang puasa) agar amal selama puasa dapat diterima oleh sang pencipta.

Jembatan ini menghubungkan Dusun Pulut-Pulut dan Lubuk Silau di Koto Bayang di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) yang terpisah oleh Sungai Batang Bayang yang permukaannya terletak sekitar 5-6 meter dari dasar jembatan. Air sungai ini berasal dari air Danau Si Kembar yang berada di kawasan Kabupaten Solok. Di tepi sungai terdapat bebatuan besar yang cocok untuk bersantai.

Menurut cerita masyarakat setempat, awalnya kedua dusun itu hanya dihubungkan dengan jembatan gantung dari bambu. Konon tokoh adat di kawasan itu yang bernama Pakih Sokan menanam dua pohon beringin di kedua tebing yang saling berhadapan. Pakih Sokan bernazar akan menggelar ritual siram darah kambing jika akar-akar kedua pohon beringin itu menyambung.

Setelah waktu berselang, entah bagaimana, akar kedua pohon beringin itu pun saling bertaut dan Pakih Sokan pun sangat bersuka cita. Lantas, Pakih Sokan menepati janjinya dan menggelar ritual potong kambing serta menyiram pertautan akar itu dengan darah kambing setiap tahunnya.

Namun, hubungan antara sejarah jembatan ini dengan mitos enteng jodoh tak terlalu jelas. Mitos tersebut timbul karena ketakjuban masyarakat terhadap pertautan akar dua pohon beringin yang terletak berseberangan bahkan menjadi sangat kokoh hingga bisa dilalui.

"Namun untuk pengamanan, agar Jembatan Akar itu tidak putus, kini dipasang tali penyangga yang terbuat dari baja. Dalam waktu dekat, lalu lintas masyarakat membawa hasil bumi yang selama ini memanfaatkan Jembatan Akar akan dialihkan ke jembatan gantung yang akan dibangun tidak jauh dari lokasi Jembatan Akar.

Sumber : http://liburan.info/content/view/213/43/lang,indonesian/
Selengkapnya...

26/08/09

Gulai itik cabe ijo

Di bulan ramadhan gulai itik cabe ijo ini merupakan salah satu pilihan khas masakan Bukittinggi Sumatera Barat. Masakan gulai itik ini tidak asing lagi di daerah Bukittinggi. Karena terbuat dari bahan dasar daging itik (bebek) yang di gulai dengan menggunakan cabe ijo.


Masakan ini juga memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) karena diadakannya Festival memasak sebanyak 1.001 ekor itik menjadi masakan khas "gulai itiak hijau" (gulai itik hijau) oleh 3.003 orang peserta dalam rangkaian kegiatan "Rang Minang Baralek Gadang" (pesta besar orang Minang).

Untuk lebih mudahnya menemukan masakan gulai itik cabe ijo ini anda bisa ke salah satu daerah di Bukittinggi yaitu ngarai sianok. Jadi untuk menuju kesana kita harus melewati jalan Panorama yang tidak jauh dari jam gadang, kemudian sekitar 3 km setelah melewati Panorama akan ketemu simpang empat, kita mengambil jalan belok kekiri yang jalurnya menurun menuju dasar ngarai. Jalannya lumayan besar namun berkelok-kelok. Hampir sampai ke jembatan di dasar ngarai terlihatlah plang kecil yang menunjukan keberadaan warung yang menjual gulai itik cabe ijo ini.

Apa anda cukup penasaran dengan rasanya, hmm anda silahkan datang ke daerah Bukittinggi Sumatera Barat untuk mendapatkan cita rasa asli buatan orang minangkabau.

Selengkapnya...

25/08/09

Lamang Tapai

Salah satu makanan khas Minangkabau adalah lamang tapai. Makanan ini tidak asing lagi bagi masyarakat minangkabau. Lamang tapai ini tidak cuma di temukan pada bulan Ramadhan saja seperti di hantarkan pada saat manjalang mintuo, tetapi juga di buat pada acara-acara seperti acara keagamaan, acara pernikahan dan lainnya karena makanan ini di anggap istimewa.


Lamang terbuat dari beras ketan yang di masak dengan santan dan di masak dalam bambu muda . Bahan utamanya adalah beras ketam putih, santan kelapa, daun pandan sedikit garam. Beras ketan di cuci bersihkan dulu dan di masukan kedalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu di lapisi dalamnya degan daun pisang kemudian baru dituankan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, di jaga jangan samapai ruas bambu terbakar. Tapai adalah tape beras kertan hitam yang di buat dengan memfregmentasikan beras ketan dengan ragi.

Perpaduan rasa legit dari lamang dan manis menggigit dari tapai menjadikan makanan ini terasa maknyuuss. Walaupun di jaman sekarang tidak semua rumah di Sumatera Barat menghidangkan makanan ini karena proses pembuatannya yang cukup rumit, tapi kita masih bisa menemukannya di pasar-pasar di Sumatera barat.

Dan apabila anda jalan-jalan ke daerah danau singakarak solok Sumatera barat dari arah padang panjang anda juga menemukan para pejual bermacam lamang. Tidak cuma dari beras ketan putih saja tetapi ada tambahan pisang di dalamnya dan lamang dengan menggunakan beras ketan merah.

Selengkapnya...

24/08/09

Pabukoan

Pabukoan merupakan istilah dari bahasa minangkabau atas makanan yang dimakan sewaktu berbuka puasa. Tidak terasa bulan Ramadhan kembali datang. Di ranah minang tidak asing lagi untuk menyediakan pabukoan saat berbuka puasa.


Dalam tradisi minangkabau pabukoan ini tidak hanya di suguhkan pada saat bersantap buka puasa, tetapi pabukoan juga di berikan atau di hantarkan. Wanita separuh baya menjinjing pabukoan untuk di berikan kepada mertua/kerabat suaminya. Bagi pasangan muda lebih-lebih pengantin baru, dengan raut wajah dan dandanan kebaya serta pakaian muslim berkunjung kerumah mertuanya dengan penuh kegembiraan.

Meski saat ini tradisi “ ma anta pabukoan “ tidak lagi sekental suasana puluhan tahun lalu, namun pemandangan yang ini dikenal sebagai tradisi ‘ma anta pabukoan’ atau mengantarkan makanan ke rumah sanak keluarga terutama ke tempat mertua, masih merupakan tradisi ‘wajib’. Tradisi ‘ma anta pabukoan’ di berbagai daerah di Sumbar sangat beragam sebutannya, ada yang menyebutnya dengan “menganta konji” (mengantar penganan kolak), “babuko basamo jo mintuo” (berbuka bersama mertua) dan lain sebagainya.

Baik ‘ma anta pabukoan’ maupun ‘manganta konji’ tujuannya tetap sama yaitu mendekatkan silaturahmi antara keluarga, anak dengan orang tua, cucu dengan nenek dan istri dengan mertua.

Jenis Makanan yang dibawa :
Penganan yang dibawa ke rumah mertua tidak bisa berupa makanan yang sembarangan saja. Makanan tersebut harus yang pilihan dan memenuhi bebagai persyaratan., yaitu :
1. Makanan pokok
- rendang/dendeng
- gulai ikan,
- goreng ikan / ikan bakar,
- sup, dan
- kaliyo jengkol,
- penganan ringan serta buah-buahan.

2. Makanan ringan lainnya :

- cende (bubur beras yang dibuat bulat) atau
- konji (kolak), dan agar-agar.
- kue-kue cake (sejenis bolu) dan
- lemang pulut dengan tapai ketan hitam ( lamang tapai).

Tidak hanya ragam makanan yang harus dipersiapkan, tetapi bahan dan kualitasnya harus yang terbaik. Apabila membawa ikan bakar atau ayam bakar, maka ikan dan ayam tersebut haruslah yang terbesar.



Selengkapnya...

21/08/09

Randai


Randai adalah merupakan salah satu tradisi rakyat dari Minangkabau yang mencakup musik, bernyanyi, tari, drama dan seni beladiri silat. Randai biasanya dilakukan untuk upacara tradisional dan festival, dan kompleks cerita sejumlah malam.

Penampilan Randai adalah identik dengan beladiri seni tari, lagu, dan adegan. Cerita yang disampaikan oleh kedua akting dan bernyanyi dan sebagian besar berdasarkan legenda Minangkabau. Randai berasal di awal abad ke-20 dari lokal seni beladiri, menceritakan kinerja tradisi dan lainnya. Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.

Dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat.

Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di pasisia.
Selengkapnya...

20/08/09

Tari Piring..

Tari piring merupakan salah satu tarian daerah Sumatera Barat yang berasal dari daerah Solok. Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur masyarakat Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda mudi mengayunkan gerak langkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam mempermainkan piring yang ada di tangan mereka.

Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, yang dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.

Kesenian tari piring ini dilakukan secara berpasangan maupun secara berkelompok dengan beragam gerakan yang dilakukan dengan cepat, dinamis serta diselingi bunyi piring yang berdentik yang dibawa oleh para penari tersebut. Pada awalnya sejarah tari piring ini memiliki maksud dalam pemujaan masyarakat minangkabau terhadap Dewi Padi dan penghormatan atas hasil panen. Namun setelah masuknya ajaran islam ke daerah minangkabau maka tari piring hanya di perlihatkan untuk acara-acara saja seperti acara upacara adat, acara pernikahan, dan lain-lain.

Di luar Sumatera Barat tari piring ini sering di pentaskan seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan banyak kota besar lainnya. Untuk di mancanegarapun tari piring sering di pentaskan serta ikut dalam festival kebudayaan untuk memperkenalkan kebudayaan minagkabau di mancanegara.

Di dalam sarana pendidikan para siswapun sering di pentaskan tarian ini. Saya pun supiak minang juga di ikut sertakan dalam pementasan tersebut. Dalam acara kesenian, pertemuan, serta perpisahan saya pun juga ambil andil sebagai penari. Sungguh suatu kebanggaan tersendiri bagi saya di ikut sertakan dalam acara-acara tersebut. Tidak cuma tari piring saja yang di pertontonkan ada juga tari pasambahan, tari payung, tari cewang,tari panen, dan banyak lainnya. Dan itu merupakan salah satu kebanggan bagi saya supiak minang bisa mempelajari dan ikut pementasan dari tanah kelahiranku ranah Minang nan tacinto.

Selengkapnya...

18/08/09

Jembatan Limpapeh


Kalau anda mengaku orang minangkabau tentunya anda mengetahui jembatan limpapeh. Apalagi kalau anda orang bukittinggi asli tidak mungkin kalau anda tidak mengetahuinya. Untuk anda yang tidak mengetahuinya tentunya akan saya ulas di sini.

Jembatan Limpapeh sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De Kock. Jembatan yang dibangun dengan konstruksi beton dengan arsitektur atap yang berbentuk gonjong khas rumah adat MinangKabau. Jembatan ini berdiri di atas Jalan A. Yani dan dari jembatan ini dapat menyaksikan keindahan alam Bukittinggi dan keramaian Jalan A. Yani.

Jembatan ini ramai di lewati oleh para pengunjung, apalagi pada hari libur. Kenapa jembatan ini cukup ramai karena pengunjung yang dari arah Taman marga satwa dan budaya Kinantan ingin berpergian ke arah benteng Fort De Kock tentunya melewati jembatan limpapeh ini. Apabila pengunjung cukup banyak yang melewati jembatan ini maka jembatan limpapeh ini agak berayun. Wah seru bukan. Kalau anda penasaran datang saja ke kota Bukittinggi Sumatera Barat. Sembari mengunjungi objek-objek wisata lainnya di daerah Sumatera Barat.
Selengkapnya...

Limpapeh..

Apa anda tau apa itu limpapeh.. hmm bagi anda orang minangkabau tentunya tau dan tidak asing lagi dengan apa itu limpapeh. Nah anda pengen tau apa itu limpapeh? Limpapeh itu artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan juga merupakan tempat untuk memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini tidak kuat/ rapuh maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh. Dengan kata lain, perempuan di Minangkabau merupakan tiang kukuh dalam rumahtangga.

Kenapa perempuan dikatakan tiang yang kukuh dalam rumah tangga, karena selain perempuan itu merupakan pusat keturunan atau garis keturunan di lihat dari perempuan (ibu) , perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan berumah tangga. Di dalam kehidupan sehari-hari dahulunya seorang perempuan di minangkabau selalu berusaha mendidik anak-anaknya serta mengurus rumah tangganya dan terutama mengurus suaminya.

Perempuan minangkabau dahulunya di karenakan beliau sebagai tiang yang penting dalam sebuah rumah tangga, maka perempuan minangkabau selalu mengurus anak-anaknya sendiri, mengurus segala sesuatu nya termasuk mengurus sang suami. Dengan tak henti-hentinya perempuan minang memberikan perhatian kepada sang anak dan suami maka tiang itu akan terus kokoh. Selain dia mengurus anak-anak dan suaminya dia juga tidak lupa menambah atau mengisi waktu luangnya itu dengan kegiatan seperti menjahit bordir, menyulam dan lainnya.

Apakah anda tau.. limpapeh tidak cuma terkenal dengan sebutan "tiang tengah pada sebuah bangunan saja" tetapi di kota bukittinggi ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De Koc yaitu jembatan limpapeh.

Selengkapnya...

14/08/09

Matrilineal...

Tiap suku minang biasanya terdiri dari beberapa paruik dan dikepalai oleh kapalo paruik atau tungganai. Paruik dapat dibagi lagi ke dalam jurai dan jurai terbagi pula ke dalam samande (artinya "satu ibu"). Cara pembagian suku di Minangkabau seperti demikian bisa berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain. Jurai adalah istilah yang kabur yang mungkin menunjukkan persamaan consanguinealitas saja atau pertalian kelompok di bawah atau di atas tingkatan paruik. Samande, sebaliknya, sukar dipandang sebagai unit yang berdiri sendiri oleh karena dua atau tiga samande bisa sama mendiami rumah yang satu dan sama memiliki harta benda tidak bergerak lainnya; sedangkan segala hal-ihwal yang penting dalam lingkaran hidup (life cycle) tidak dapat diselesaikan oleh anggota-anggota dari samande yang sama (yang biasanya berpusat sekeliling seorang nenek) saja, tetapi harus disampaikan kepada paruik.



Anggota dari paruik yang sama biasanya memiliki harta bersama (harato pusako), seperti tanah bersama, termasuk sawah-ladang, rumah gadang dan pandam pekuburan bersama. Oleh karena 'paruik' berkembang, ia mungkin memecah diri menjadi dua paruik atau lebih, sekalipun masih dalam suku yang satu. Dan dengan berkembangnya suku ia mungkin pula terbagi ke dalam dua atau lebih suku baru yang bertalian.

Dalam sistem keturunan matrilineal/matriahat di Minangkabau ini, ayah bukanlah anggota dari garis keturunan anak-anaknya. Dia dipandang tamu dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga, yang tujuannya terutama untuk memberi keturunan. Dia disebut samando atau urang samando. Tempatnya yang sah adalah dalam garis keturunan ibunya di mana dia berfungsi sebagai anggota keluarga laki-laki dalam garis-keturunan itu. Secara tradisi, setidak-tidaknya, tanggung jawabnya berada di situ. Dia adalah wali dari garis-keturunannya dan pelindung atas harta benda garis keturunan itu sekalipun dia harus menahan dirinya dari menikmati hasil tanah kaumnya oleh karena dia tidak dapat menuntut bagian apa-apa untuk dirinya. Tidak pula dia diberi tempat di rumah orangtuanya (garis ibu/matrilineal) oleb karena semua bilik hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga yang perempuan, yakni untuk menerima suami-suami mereka di malam hari. Posisi kaum laki-laki yang goyah ini yang memotivasi lelaki Minang untuk merantau.

Orang laki-laki biasanya mencari nafkah dengan cara pergi ke pasar menjadi pedagang, atau bekerja sebagai tukang kayu, tukang bajak di sawah, penjahit, pemilik kedai, pegawai kantor, dan sebagainya. Dia bekerja di sawah ladang milik garis-keturunannya atau milik garis-keturunan isterinya hanyalah sambil lalu, jika tidak ada yang lain yang akan dikerjakannya.

Kalau dia memutuskan hendak mengolah tanah dari garis keturunan ibunya untuk mendapatkan sebagian hasilnya, dia biasanya berbuat begitu sebagai seorang penyedua (pekerja bagi hasil), di mana dia menerima hanya sebagian dari hasil, sedangkan bagian yang lain diperuntukkan kepada anggota garis-keturunan wanita yang sebenarnya menjadi pemilik dari tanah tersebut.
Selengkapnya...

Silek - Beladiri Minangkabau..

Silek dalam bahasa minangkabau merupakan seni beladiri, yang biasa juga disebut silat atau pencak silat. Karena sistem matrilineal yang dianut membuat anak laki-laki setelah akil baliq harus tinggal di surau dan diajar mandiri. Jadi silat adalah salah satu dasar pendidikan penting yang harus dipelajari oleh anak laki-laki disamping pendidikan agama islam. Silek merupakan unsur penting dalam tradisi dan adat masyarakat Minangkabau yang merupakan ekspersi etnis Minang.

Silek sudah merasuk dalam setiap kehidupan sehari-hari dan muncul sebagai unsur penting dalam cerita rakyat, legenda, pepatah dan tradisi lisan di Minangkabau. Ada banyak jenis aliran beladiri silek di Sumatera Barat dan dapat dikatagorikan dalam sebelas aliran silek yang berhasil didata antara lain:

* Silek Kumanggo
* Silek Lintau

* Silek Tuo
* Silek Sitaralak
* Silek Harimau
* Silek Pauh
* Silek Sungai
Patai
* Silek Luncua
* Silek Gulo Gulo Tareh
* Silek Baru
* Silek Ulu Ambek

Menurut Hiltrud Cordes hanya sepuluh pertama saja yang dapat digolongkan sebagai aliran beladiri silek te
tapi silek Ulu Ambek banyak terdapat pada pesisir Pariaman.

Jenis bela
diri silek diatas ditemukan dibanyak tempat di Sumatera Barat meskipun banyak jenis lain yang lebih lokal bahkan ada yang hanya terdapat dalam suatu kampung saja dan untuk yang terakhir ini lebih tepat rasanya untuk disebut perguruan silek daripada aliran yang sebagian besar menamakan aliran sileknya dengan nama kampung asal aliran silek itu berasal dan tidak mengasosiasikan diri mereka dengan salah satu aliran diatas, malah beberapa menamakan diri dengan nama yang unik seperti Harimau Lalok, Gajah Badorong, Kuciang Bagaluik atau Puti Mandi.

Silek biasanya dilakukan ditempat terbuka atau kosong dan luas yang dekat dengan rumah guru silek. Latihan beladiri silek dilaksanakan pada saat menjelang malam setelah sholat magrib dan berlangsung selama 2-3 jam meskipun kadang sampai tengah malam. Latihan beladiri silek juga dilakukan dengan pencahayaan seadanya seperti cahaya bulan, obor atau lampu minyak tanah. Hal ini dilakukan untuk melatih ketajaman penglihatan dan juga sebagai latihan intuisi. Kadang-kadang latihan silek ini juga dihadiri oleh penghulu desa dan diiringi oleh nyanyian, talempong ataupun saluang. Pakaian silek adalah galembong (celana hitam), taluak balango dan destar.
Latihan beladiri silek tidak dilakukan pemanasan seperti aliran beladiri di asia pada umumnya. Dua orang dengan ukuran fisik dan kemampuan tehnik yang sama bermain silek dalam sasaran dengan pengawasan yang ketat dari sang guru dan disaksikan oleh murid-murid yang lain. Permainan silek berlangsung setelah peserta memberi hormat pada guru dan kemudian pada lawan mainnya, setelah permainan usai penghormatan berlangsung sebaliknya. Suasana latihan biasanya santai dan jauh dari kesan formal dimana latihan fisik yang keras bukan prioritas tertinggi.

Dalam latihan beladiri silek, murid berbaris ataupun membentuk lingkaran dan meniru gerakan dari guru ataupun murid senior. Guru biasanya memberi aba-aba dengan suara atau tepukan tangan untuk menandakan perubahan gerakan yang disebut tapuak. Setelah cukup mahir dengan tehnik dasar, murid disarankan untuk berlatih dengan murid lain yang berbeda ukuran fisik hingga mampu beradaptasi dengan berbagai postur, gerakan dan tingkatan tehnik.

Strategi dasar dari silek ini adalah garak-garik yang dapat diartikan sebagai aksi dan reaksi yang seimbang. Garak-garik dapat dianalogikan seperti permainan catur dimana masing-masing memiliki beberapa pilihan jurus dan harus memilih jurus yang paling efektif untuk dilaksanakan. Masing-masing harus mengantisipasi semua kemungkinan gerakan dari lawan dan mampu memanipulasi lawan untuk mengambil langkah sehingga lawan memiliki lebih sedikit pilihan jurus dan pada akhirnya tidak memiliki jurus lagi untuk dilancarkan. Tetapi tidak seperti catur, dalam beladiri silek waktu adalah hal yang penting, setiap langkah dan jurus harus dilancarkan secara cepat, tepat dan penuh kejutan sehingga lawan gagal mengantisipasinya. Semakin ahli para pemain semakin lama permainan ini berakhir.

Apabila seorang murid telah cukup mahir dalam tehnik maupun fisik serta mampu mendapat kepercayaan dari sang guru maka ia akan mendapat latihan pribadi khusus dari sang guru. Dalam proses mengajarkan pengetahuan khusus ini, murid disumpah untuk menggunakan ilmu beladiri ini untuk kebaikan.

Latihan tingkat lanjut lain berupa mengirim murid kedalam hutan untuk meditasi, menaklukkan rasa takut dan bertahan hidup selama beberapa hari dihutan. Latihan yang kurang berbahaya adalah dengan mengirim murid untuk latih tanding dengan perguruan silat lain.

Beberapa karakter dari silek membuatnya dapat dilaksanakan seperti tarian karena itu silek sering diiringi oleh musik dan lagu dimana para pemain musik mencocokkan irama musik dengan gerakan para pendekar silek.

Sebuah karakter unik dari silek adalah barisan melingkar (galombang) yang dipakai saat latihan pada beberapa aliran silek. Setiap peserta latihan melaksanakan gerakan secara simultan sehingga memberikan kesan seperti tarian. Maka tidaklah mengherankan bila seni beladiri silek merupakan asal dari banyak seni tari dan seni teater di Minangkabau seperti randai, tari ratak, tari persembahan dan tari tanduk (tari tanduak).


Selengkapnya...

13/08/09

MinangKabau

Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang) adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini terkenal karena adatnya yang matrilineal yaitu garis keturunan dari ibu. Dari sisi agama orang Minang sangat kuat memeluk agama Islam " Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah" (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al Qur'an) merupakan cerminan adat Minang yang berlandaskan Islam.



Seperti yang kita ketahui suku Minang terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura. Di seluruh Indonesia dan bahkan di mancanegara. Nah untuk yang satu ini nih, masakan khas suku ini yang populer dengan sebutan masakan Padang, sangatlah digemari.

Minangkabau merupakan tempat berlangsungnya perang Paderi yang terjadi pada tahun 1804 - 1837. Kekalahan dalam perang tersebut menyebabkan suku ini berada dibawah kekuasaan pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Suku dalam Etnis Minangkabau

(Lihat : Budaya Minangkabau)

Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang oleh orang Minang sendiri hanya disebut dengan istilah suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak. Selain itu terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut. Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu rumah yang disebut Rumah Gadang.

Di masa awal terbentuknya budaya Minangkabau, hanya ada empat suku dari dua lareh (laras) atau kelarasan . Suku-suku tersebut adalah:

* Suku Koto
* Suku Piliang
* Suku Bodi
* Suku Caniago

Dan dua kelarasan itu adalah :

1. Lareh Koto Piliang yang digagas oleh Datuk Ketumanggungan
2. Lareh Bodi Caniago, digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang

Perbedaan antara dua kelarasan itu adalah:

* Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi Militeristik
* Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi Sosialis

Dalam masa selanjutnya, munculah satu kelarasan baru bernama Lareh Nan Panjang, diprakarsai oleh Datuk Sakalok Dunia nan Bamego-mego. Sekarang suku-suku dalam Minangkabau berkembang terus dan sudah mencapai ratusan suku, yang terkadang sudah sulit untuk mencari persamaannya dengan suku induk. Di antara suku-suku tersebut adalah:

* Suku Tanjung
* Suku Sikumbang
* Suku Sipisang
* Suku Bendang
* Suku Melayu (Minang)
* Suku Guci
* Suku Panai
* Suku Jambak
* Suku Kutianyie atau Suku Koto Anyie
* Suku Kampai
* Suku Payobada
* Suku Pitopang atau Suku Patopang
* Suku Mandailiang
* Suku Mandaliko
* Suku Sumagek
* Suku Dalimo
* Suku Simabua
* Suku Salo
* Suku Singkuang atau Suku Singkawang

Asal Muasal

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang (menang) dan kabau (kerbau). Nama itu berasal dari sebuah legenda. Konon pada abad ke-13, kerajaan Singasari melakukan ekspedisi ke Minangkabau. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat lokal mengusulkan untuk mengadu kerbau Minang dengan kerbau Jawa. Pasukan Majapahit menyetujui usul tersebut dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif. Sedangkan masyarakat Minang menyediakan seekor anak kerbau yang kelaparan karena di pisah dari induknya dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau itu karena kelaparan dan haus langsung mengejar kerbau Jawa, dan langsung mencabik-cabik perutnya, karena menyangka kerbau tersebut adalah induknya yang hendak menyusui. Kecemerlangan masyarakat Minang tersebutlah yang menjadi inspirasi nama Minangkabau.

Namun dari beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama Minangkabau sudah ada jauh sebelum peristiwa adu kerbau itu terjadi, dimana istilah yang lebih tepat sebelumnya adalah "Minangkabwa", "Minangakamwa", "Minangatamwan" dan "Phinangkabhu". Istilah Minangakamwa atau Minangkamba berarti Minang (sungai) Kembar yang merujuk pada dua sungai Kampar yaitu Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan. Sedangkan istilah Minangatamwan yang merujuk kepada Sungai Kampar memang disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit dimana disitu disebutkan bahwa Pendiri Kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang melakukan migrasi massal dari hulu Sungai Kampar (Minangatamwan) yang terletak di sekitar daerah Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Dan suku Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar atau Minangkamwa (Minangatamwan) hingga tiba di dataran tinggi Luhak nan Tigo (darek). Kemudian dari Luhak nan Tigo inilah suku Minang menyebar ke daerah pesisir (pasisie) di pantai barat pulau Sumatera, yang terbentang dari Barus di utara hingga Kerinci di selatan.

Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan Persia. Dimana migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis.

Kemasyarakatan

Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.

Pendidikan

Agar segala budaya dan segala aturan dari masing-masing adat tidak hilang dan punah, maka para orang orang tua selalu mengajarkan segala sesuatunya ke pada anak cucu mereka. Dan terus melestarikan ;

"Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah"

"Anak dipangku Kamanakan Dibimbiang"

dan banyak lagi lainnya..

Untuk pendidikan di sekolahan ada juga memperlajari Budaya Adat Minangkabau.
Selengkapnya...