♥♥♥♥♥ Condong mato ka nan rancak condong salero ka nan lamak rancak di awak katuju di urang ♥♥♥♥♥

31/08/09

Jembatan akar

Wisata kali ini cukup unik dan menarik. Jembatan akar merupakan salah satu wisata di daerah Sumatera Barat. Objek wisata ini terletak kurang lebih 88km ke arah Selatan dari kota Padang. Kira-kira +/- 5km sebelum Painan dari perjalanan Padang - Teluk Bayur - Painan, Kec. Bayang, Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat, anda akan bertemu dengan pertigaan jalan menuju Jembatan Akar. Anda belok kiri di sini, dan mengikuti jalan kecil sepanjang +/- 18 km yang nantinya akan anda temukan sebuah sungai dengan lebar sekitar 30-35m yang bening, berarus deras namun amat menyejukkan di selingi dengan batu-batu besar.


Diatas sungai inilah membentang sebuah jembatan yang terkenal sebagai salah satu objek wisata andalan Sumatera Barat, yang dinamai oleh penduduk setempat dengan nama Jambatan Aka (Jembatan Akar). Sesuai dengan namanya, jembatan ini terbuat dari akar-akar (aka) dua pohon yang berseberangan. Panjang jembatan sekitar 30 meter, lebar lantai satu meter, dan tinggi dinding pengaman kurang lebih satu meter. Ketinggiannya dari dasar sungai sekitar enam meter.

Karena kawasan ini di anggap keramat, maka menjelang puasa banyak yang datang ke kawasan ini untuk balimau (menyucikan diri menjelang puasa) agar amal selama puasa dapat diterima oleh sang pencipta.

Jembatan ini menghubungkan Dusun Pulut-Pulut dan Lubuk Silau di Koto Bayang di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) yang terpisah oleh Sungai Batang Bayang yang permukaannya terletak sekitar 5-6 meter dari dasar jembatan. Air sungai ini berasal dari air Danau Si Kembar yang berada di kawasan Kabupaten Solok. Di tepi sungai terdapat bebatuan besar yang cocok untuk bersantai.

Menurut cerita masyarakat setempat, awalnya kedua dusun itu hanya dihubungkan dengan jembatan gantung dari bambu. Konon tokoh adat di kawasan itu yang bernama Pakih Sokan menanam dua pohon beringin di kedua tebing yang saling berhadapan. Pakih Sokan bernazar akan menggelar ritual siram darah kambing jika akar-akar kedua pohon beringin itu menyambung.

Setelah waktu berselang, entah bagaimana, akar kedua pohon beringin itu pun saling bertaut dan Pakih Sokan pun sangat bersuka cita. Lantas, Pakih Sokan menepati janjinya dan menggelar ritual potong kambing serta menyiram pertautan akar itu dengan darah kambing setiap tahunnya.

Namun, hubungan antara sejarah jembatan ini dengan mitos enteng jodoh tak terlalu jelas. Mitos tersebut timbul karena ketakjuban masyarakat terhadap pertautan akar dua pohon beringin yang terletak berseberangan bahkan menjadi sangat kokoh hingga bisa dilalui.

"Namun untuk pengamanan, agar Jembatan Akar itu tidak putus, kini dipasang tali penyangga yang terbuat dari baja. Dalam waktu dekat, lalu lintas masyarakat membawa hasil bumi yang selama ini memanfaatkan Jembatan Akar akan dialihkan ke jembatan gantung yang akan dibangun tidak jauh dari lokasi Jembatan Akar.

Sumber : http://liburan.info/content/view/213/43/lang,indonesian/
Selengkapnya...

26/08/09

Gulai itik cabe ijo

Di bulan ramadhan gulai itik cabe ijo ini merupakan salah satu pilihan khas masakan Bukittinggi Sumatera Barat. Masakan gulai itik ini tidak asing lagi di daerah Bukittinggi. Karena terbuat dari bahan dasar daging itik (bebek) yang di gulai dengan menggunakan cabe ijo.


Masakan ini juga memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) karena diadakannya Festival memasak sebanyak 1.001 ekor itik menjadi masakan khas "gulai itiak hijau" (gulai itik hijau) oleh 3.003 orang peserta dalam rangkaian kegiatan "Rang Minang Baralek Gadang" (pesta besar orang Minang).

Untuk lebih mudahnya menemukan masakan gulai itik cabe ijo ini anda bisa ke salah satu daerah di Bukittinggi yaitu ngarai sianok. Jadi untuk menuju kesana kita harus melewati jalan Panorama yang tidak jauh dari jam gadang, kemudian sekitar 3 km setelah melewati Panorama akan ketemu simpang empat, kita mengambil jalan belok kekiri yang jalurnya menurun menuju dasar ngarai. Jalannya lumayan besar namun berkelok-kelok. Hampir sampai ke jembatan di dasar ngarai terlihatlah plang kecil yang menunjukan keberadaan warung yang menjual gulai itik cabe ijo ini.

Apa anda cukup penasaran dengan rasanya, hmm anda silahkan datang ke daerah Bukittinggi Sumatera Barat untuk mendapatkan cita rasa asli buatan orang minangkabau.

Selengkapnya...

25/08/09

Lamang Tapai

Salah satu makanan khas Minangkabau adalah lamang tapai. Makanan ini tidak asing lagi bagi masyarakat minangkabau. Lamang tapai ini tidak cuma di temukan pada bulan Ramadhan saja seperti di hantarkan pada saat manjalang mintuo, tetapi juga di buat pada acara-acara seperti acara keagamaan, acara pernikahan dan lainnya karena makanan ini di anggap istimewa.


Lamang terbuat dari beras ketan yang di masak dengan santan dan di masak dalam bambu muda . Bahan utamanya adalah beras ketam putih, santan kelapa, daun pandan sedikit garam. Beras ketan di cuci bersihkan dulu dan di masukan kedalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu di lapisi dalamnya degan daun pisang kemudian baru dituankan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, di jaga jangan samapai ruas bambu terbakar. Tapai adalah tape beras kertan hitam yang di buat dengan memfregmentasikan beras ketan dengan ragi.

Perpaduan rasa legit dari lamang dan manis menggigit dari tapai menjadikan makanan ini terasa maknyuuss. Walaupun di jaman sekarang tidak semua rumah di Sumatera Barat menghidangkan makanan ini karena proses pembuatannya yang cukup rumit, tapi kita masih bisa menemukannya di pasar-pasar di Sumatera barat.

Dan apabila anda jalan-jalan ke daerah danau singakarak solok Sumatera barat dari arah padang panjang anda juga menemukan para pejual bermacam lamang. Tidak cuma dari beras ketan putih saja tetapi ada tambahan pisang di dalamnya dan lamang dengan menggunakan beras ketan merah.

Selengkapnya...

24/08/09

Pabukoan

Pabukoan merupakan istilah dari bahasa minangkabau atas makanan yang dimakan sewaktu berbuka puasa. Tidak terasa bulan Ramadhan kembali datang. Di ranah minang tidak asing lagi untuk menyediakan pabukoan saat berbuka puasa.


Dalam tradisi minangkabau pabukoan ini tidak hanya di suguhkan pada saat bersantap buka puasa, tetapi pabukoan juga di berikan atau di hantarkan. Wanita separuh baya menjinjing pabukoan untuk di berikan kepada mertua/kerabat suaminya. Bagi pasangan muda lebih-lebih pengantin baru, dengan raut wajah dan dandanan kebaya serta pakaian muslim berkunjung kerumah mertuanya dengan penuh kegembiraan.

Meski saat ini tradisi “ ma anta pabukoan “ tidak lagi sekental suasana puluhan tahun lalu, namun pemandangan yang ini dikenal sebagai tradisi ‘ma anta pabukoan’ atau mengantarkan makanan ke rumah sanak keluarga terutama ke tempat mertua, masih merupakan tradisi ‘wajib’. Tradisi ‘ma anta pabukoan’ di berbagai daerah di Sumbar sangat beragam sebutannya, ada yang menyebutnya dengan “menganta konji” (mengantar penganan kolak), “babuko basamo jo mintuo” (berbuka bersama mertua) dan lain sebagainya.

Baik ‘ma anta pabukoan’ maupun ‘manganta konji’ tujuannya tetap sama yaitu mendekatkan silaturahmi antara keluarga, anak dengan orang tua, cucu dengan nenek dan istri dengan mertua.

Jenis Makanan yang dibawa :
Penganan yang dibawa ke rumah mertua tidak bisa berupa makanan yang sembarangan saja. Makanan tersebut harus yang pilihan dan memenuhi bebagai persyaratan., yaitu :
1. Makanan pokok
- rendang/dendeng
- gulai ikan,
- goreng ikan / ikan bakar,
- sup, dan
- kaliyo jengkol,
- penganan ringan serta buah-buahan.

2. Makanan ringan lainnya :

- cende (bubur beras yang dibuat bulat) atau
- konji (kolak), dan agar-agar.
- kue-kue cake (sejenis bolu) dan
- lemang pulut dengan tapai ketan hitam ( lamang tapai).

Tidak hanya ragam makanan yang harus dipersiapkan, tetapi bahan dan kualitasnya harus yang terbaik. Apabila membawa ikan bakar atau ayam bakar, maka ikan dan ayam tersebut haruslah yang terbesar.



Selengkapnya...

21/08/09

Randai


Randai adalah merupakan salah satu tradisi rakyat dari Minangkabau yang mencakup musik, bernyanyi, tari, drama dan seni beladiri silat. Randai biasanya dilakukan untuk upacara tradisional dan festival, dan kompleks cerita sejumlah malam.

Penampilan Randai adalah identik dengan beladiri seni tari, lagu, dan adegan. Cerita yang disampaikan oleh kedua akting dan bernyanyi dan sebagian besar berdasarkan legenda Minangkabau. Randai berasal di awal abad ke-20 dari lokal seni beladiri, menceritakan kinerja tradisi dan lainnya. Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.

Dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai bertujuan untuk menghibur masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat.

Sekarang randai ini merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di pasisia.
Selengkapnya...

20/08/09

Tari Piring..

Tari piring merupakan salah satu tarian daerah Sumatera Barat yang berasal dari daerah Solok. Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur masyarakat Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda mudi mengayunkan gerak langkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam mempermainkan piring yang ada di tangan mereka.

Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, yang dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.

Kesenian tari piring ini dilakukan secara berpasangan maupun secara berkelompok dengan beragam gerakan yang dilakukan dengan cepat, dinamis serta diselingi bunyi piring yang berdentik yang dibawa oleh para penari tersebut. Pada awalnya sejarah tari piring ini memiliki maksud dalam pemujaan masyarakat minangkabau terhadap Dewi Padi dan penghormatan atas hasil panen. Namun setelah masuknya ajaran islam ke daerah minangkabau maka tari piring hanya di perlihatkan untuk acara-acara saja seperti acara upacara adat, acara pernikahan, dan lain-lain.

Di luar Sumatera Barat tari piring ini sering di pentaskan seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru, dan banyak kota besar lainnya. Untuk di mancanegarapun tari piring sering di pentaskan serta ikut dalam festival kebudayaan untuk memperkenalkan kebudayaan minagkabau di mancanegara.

Di dalam sarana pendidikan para siswapun sering di pentaskan tarian ini. Saya pun supiak minang juga di ikut sertakan dalam pementasan tersebut. Dalam acara kesenian, pertemuan, serta perpisahan saya pun juga ambil andil sebagai penari. Sungguh suatu kebanggaan tersendiri bagi saya di ikut sertakan dalam acara-acara tersebut. Tidak cuma tari piring saja yang di pertontonkan ada juga tari pasambahan, tari payung, tari cewang,tari panen, dan banyak lainnya. Dan itu merupakan salah satu kebanggan bagi saya supiak minang bisa mempelajari dan ikut pementasan dari tanah kelahiranku ranah Minang nan tacinto.

Selengkapnya...

18/08/09

Jembatan Limpapeh


Kalau anda mengaku orang minangkabau tentunya anda mengetahui jembatan limpapeh. Apalagi kalau anda orang bukittinggi asli tidak mungkin kalau anda tidak mengetahuinya. Untuk anda yang tidak mengetahuinya tentunya akan saya ulas di sini.

Jembatan Limpapeh sebagai penghubung antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De Kock. Jembatan yang dibangun dengan konstruksi beton dengan arsitektur atap yang berbentuk gonjong khas rumah adat MinangKabau. Jembatan ini berdiri di atas Jalan A. Yani dan dari jembatan ini dapat menyaksikan keindahan alam Bukittinggi dan keramaian Jalan A. Yani.

Jembatan ini ramai di lewati oleh para pengunjung, apalagi pada hari libur. Kenapa jembatan ini cukup ramai karena pengunjung yang dari arah Taman marga satwa dan budaya Kinantan ingin berpergian ke arah benteng Fort De Kock tentunya melewati jembatan limpapeh ini. Apabila pengunjung cukup banyak yang melewati jembatan ini maka jembatan limpapeh ini agak berayun. Wah seru bukan. Kalau anda penasaran datang saja ke kota Bukittinggi Sumatera Barat. Sembari mengunjungi objek-objek wisata lainnya di daerah Sumatera Barat.
Selengkapnya...

Limpapeh..

Apa anda tau apa itu limpapeh.. hmm bagi anda orang minangkabau tentunya tau dan tidak asing lagi dengan apa itu limpapeh. Nah anda pengen tau apa itu limpapeh? Limpapeh itu artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan juga merupakan tempat untuk memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini tidak kuat/ rapuh maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh. Dengan kata lain, perempuan di Minangkabau merupakan tiang kukuh dalam rumahtangga.

Kenapa perempuan dikatakan tiang yang kukuh dalam rumah tangga, karena selain perempuan itu merupakan pusat keturunan atau garis keturunan di lihat dari perempuan (ibu) , perempuan sangat berperan penting dalam kehidupan berumah tangga. Di dalam kehidupan sehari-hari dahulunya seorang perempuan di minangkabau selalu berusaha mendidik anak-anaknya serta mengurus rumah tangganya dan terutama mengurus suaminya.

Perempuan minangkabau dahulunya di karenakan beliau sebagai tiang yang penting dalam sebuah rumah tangga, maka perempuan minangkabau selalu mengurus anak-anaknya sendiri, mengurus segala sesuatu nya termasuk mengurus sang suami. Dengan tak henti-hentinya perempuan minang memberikan perhatian kepada sang anak dan suami maka tiang itu akan terus kokoh. Selain dia mengurus anak-anak dan suaminya dia juga tidak lupa menambah atau mengisi waktu luangnya itu dengan kegiatan seperti menjahit bordir, menyulam dan lainnya.

Apakah anda tau.. limpapeh tidak cuma terkenal dengan sebutan "tiang tengah pada sebuah bangunan saja" tetapi di kota bukittinggi ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan dengan Benteng Fort De Koc yaitu jembatan limpapeh.

Selengkapnya...

14/08/09

Matrilineal...

Tiap suku minang biasanya terdiri dari beberapa paruik dan dikepalai oleh kapalo paruik atau tungganai. Paruik dapat dibagi lagi ke dalam jurai dan jurai terbagi pula ke dalam samande (artinya "satu ibu"). Cara pembagian suku di Minangkabau seperti demikian bisa berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain. Jurai adalah istilah yang kabur yang mungkin menunjukkan persamaan consanguinealitas saja atau pertalian kelompok di bawah atau di atas tingkatan paruik. Samande, sebaliknya, sukar dipandang sebagai unit yang berdiri sendiri oleh karena dua atau tiga samande bisa sama mendiami rumah yang satu dan sama memiliki harta benda tidak bergerak lainnya; sedangkan segala hal-ihwal yang penting dalam lingkaran hidup (life cycle) tidak dapat diselesaikan oleh anggota-anggota dari samande yang sama (yang biasanya berpusat sekeliling seorang nenek) saja, tetapi harus disampaikan kepada paruik.



Anggota dari paruik yang sama biasanya memiliki harta bersama (harato pusako), seperti tanah bersama, termasuk sawah-ladang, rumah gadang dan pandam pekuburan bersama. Oleh karena 'paruik' berkembang, ia mungkin memecah diri menjadi dua paruik atau lebih, sekalipun masih dalam suku yang satu. Dan dengan berkembangnya suku ia mungkin pula terbagi ke dalam dua atau lebih suku baru yang bertalian.

Dalam sistem keturunan matrilineal/matriahat di Minangkabau ini, ayah bukanlah anggota dari garis keturunan anak-anaknya. Dia dipandang tamu dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga, yang tujuannya terutama untuk memberi keturunan. Dia disebut samando atau urang samando. Tempatnya yang sah adalah dalam garis keturunan ibunya di mana dia berfungsi sebagai anggota keluarga laki-laki dalam garis-keturunan itu. Secara tradisi, setidak-tidaknya, tanggung jawabnya berada di situ. Dia adalah wali dari garis-keturunannya dan pelindung atas harta benda garis keturunan itu sekalipun dia harus menahan dirinya dari menikmati hasil tanah kaumnya oleh karena dia tidak dapat menuntut bagian apa-apa untuk dirinya. Tidak pula dia diberi tempat di rumah orangtuanya (garis ibu/matrilineal) oleb karena semua bilik hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga yang perempuan, yakni untuk menerima suami-suami mereka di malam hari. Posisi kaum laki-laki yang goyah ini yang memotivasi lelaki Minang untuk merantau.

Orang laki-laki biasanya mencari nafkah dengan cara pergi ke pasar menjadi pedagang, atau bekerja sebagai tukang kayu, tukang bajak di sawah, penjahit, pemilik kedai, pegawai kantor, dan sebagainya. Dia bekerja di sawah ladang milik garis-keturunannya atau milik garis-keturunan isterinya hanyalah sambil lalu, jika tidak ada yang lain yang akan dikerjakannya.

Kalau dia memutuskan hendak mengolah tanah dari garis keturunan ibunya untuk mendapatkan sebagian hasilnya, dia biasanya berbuat begitu sebagai seorang penyedua (pekerja bagi hasil), di mana dia menerima hanya sebagian dari hasil, sedangkan bagian yang lain diperuntukkan kepada anggota garis-keturunan wanita yang sebenarnya menjadi pemilik dari tanah tersebut.
Selengkapnya...

Silek - Beladiri Minangkabau..

Silek dalam bahasa minangkabau merupakan seni beladiri, yang biasa juga disebut silat atau pencak silat. Karena sistem matrilineal yang dianut membuat anak laki-laki setelah akil baliq harus tinggal di surau dan diajar mandiri. Jadi silat adalah salah satu dasar pendidikan penting yang harus dipelajari oleh anak laki-laki disamping pendidikan agama islam. Silek merupakan unsur penting dalam tradisi dan adat masyarakat Minangkabau yang merupakan ekspersi etnis Minang.

Silek sudah merasuk dalam setiap kehidupan sehari-hari dan muncul sebagai unsur penting dalam cerita rakyat, legenda, pepatah dan tradisi lisan di Minangkabau. Ada banyak jenis aliran beladiri silek di Sumatera Barat dan dapat dikatagorikan dalam sebelas aliran silek yang berhasil didata antara lain:

* Silek Kumanggo
* Silek Lintau

* Silek Tuo
* Silek Sitaralak
* Silek Harimau
* Silek Pauh
* Silek Sungai
Patai
* Silek Luncua
* Silek Gulo Gulo Tareh
* Silek Baru
* Silek Ulu Ambek

Menurut Hiltrud Cordes hanya sepuluh pertama saja yang dapat digolongkan sebagai aliran beladiri silek te
tapi silek Ulu Ambek banyak terdapat pada pesisir Pariaman.

Jenis bela
diri silek diatas ditemukan dibanyak tempat di Sumatera Barat meskipun banyak jenis lain yang lebih lokal bahkan ada yang hanya terdapat dalam suatu kampung saja dan untuk yang terakhir ini lebih tepat rasanya untuk disebut perguruan silek daripada aliran yang sebagian besar menamakan aliran sileknya dengan nama kampung asal aliran silek itu berasal dan tidak mengasosiasikan diri mereka dengan salah satu aliran diatas, malah beberapa menamakan diri dengan nama yang unik seperti Harimau Lalok, Gajah Badorong, Kuciang Bagaluik atau Puti Mandi.

Silek biasanya dilakukan ditempat terbuka atau kosong dan luas yang dekat dengan rumah guru silek. Latihan beladiri silek dilaksanakan pada saat menjelang malam setelah sholat magrib dan berlangsung selama 2-3 jam meskipun kadang sampai tengah malam. Latihan beladiri silek juga dilakukan dengan pencahayaan seadanya seperti cahaya bulan, obor atau lampu minyak tanah. Hal ini dilakukan untuk melatih ketajaman penglihatan dan juga sebagai latihan intuisi. Kadang-kadang latihan silek ini juga dihadiri oleh penghulu desa dan diiringi oleh nyanyian, talempong ataupun saluang. Pakaian silek adalah galembong (celana hitam), taluak balango dan destar.
Latihan beladiri silek tidak dilakukan pemanasan seperti aliran beladiri di asia pada umumnya. Dua orang dengan ukuran fisik dan kemampuan tehnik yang sama bermain silek dalam sasaran dengan pengawasan yang ketat dari sang guru dan disaksikan oleh murid-murid yang lain. Permainan silek berlangsung setelah peserta memberi hormat pada guru dan kemudian pada lawan mainnya, setelah permainan usai penghormatan berlangsung sebaliknya. Suasana latihan biasanya santai dan jauh dari kesan formal dimana latihan fisik yang keras bukan prioritas tertinggi.

Dalam latihan beladiri silek, murid berbaris ataupun membentuk lingkaran dan meniru gerakan dari guru ataupun murid senior. Guru biasanya memberi aba-aba dengan suara atau tepukan tangan untuk menandakan perubahan gerakan yang disebut tapuak. Setelah cukup mahir dengan tehnik dasar, murid disarankan untuk berlatih dengan murid lain yang berbeda ukuran fisik hingga mampu beradaptasi dengan berbagai postur, gerakan dan tingkatan tehnik.

Strategi dasar dari silek ini adalah garak-garik yang dapat diartikan sebagai aksi dan reaksi yang seimbang. Garak-garik dapat dianalogikan seperti permainan catur dimana masing-masing memiliki beberapa pilihan jurus dan harus memilih jurus yang paling efektif untuk dilaksanakan. Masing-masing harus mengantisipasi semua kemungkinan gerakan dari lawan dan mampu memanipulasi lawan untuk mengambil langkah sehingga lawan memiliki lebih sedikit pilihan jurus dan pada akhirnya tidak memiliki jurus lagi untuk dilancarkan. Tetapi tidak seperti catur, dalam beladiri silek waktu adalah hal yang penting, setiap langkah dan jurus harus dilancarkan secara cepat, tepat dan penuh kejutan sehingga lawan gagal mengantisipasinya. Semakin ahli para pemain semakin lama permainan ini berakhir.

Apabila seorang murid telah cukup mahir dalam tehnik maupun fisik serta mampu mendapat kepercayaan dari sang guru maka ia akan mendapat latihan pribadi khusus dari sang guru. Dalam proses mengajarkan pengetahuan khusus ini, murid disumpah untuk menggunakan ilmu beladiri ini untuk kebaikan.

Latihan tingkat lanjut lain berupa mengirim murid kedalam hutan untuk meditasi, menaklukkan rasa takut dan bertahan hidup selama beberapa hari dihutan. Latihan yang kurang berbahaya adalah dengan mengirim murid untuk latih tanding dengan perguruan silat lain.

Beberapa karakter dari silek membuatnya dapat dilaksanakan seperti tarian karena itu silek sering diiringi oleh musik dan lagu dimana para pemain musik mencocokkan irama musik dengan gerakan para pendekar silek.

Sebuah karakter unik dari silek adalah barisan melingkar (galombang) yang dipakai saat latihan pada beberapa aliran silek. Setiap peserta latihan melaksanakan gerakan secara simultan sehingga memberikan kesan seperti tarian. Maka tidaklah mengherankan bila seni beladiri silek merupakan asal dari banyak seni tari dan seni teater di Minangkabau seperti randai, tari ratak, tari persembahan dan tari tanduk (tari tanduak).


Selengkapnya...

13/08/09

MinangKabau

Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang) adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini terkenal karena adatnya yang matrilineal yaitu garis keturunan dari ibu. Dari sisi agama orang Minang sangat kuat memeluk agama Islam " Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah" (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al Qur'an) merupakan cerminan adat Minang yang berlandaskan Islam.



Seperti yang kita ketahui suku Minang terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura. Di seluruh Indonesia dan bahkan di mancanegara. Nah untuk yang satu ini nih, masakan khas suku ini yang populer dengan sebutan masakan Padang, sangatlah digemari.

Minangkabau merupakan tempat berlangsungnya perang Paderi yang terjadi pada tahun 1804 - 1837. Kekalahan dalam perang tersebut menyebabkan suku ini berada dibawah kekuasaan pemerintah kolonial Hindia-Belanda.

Suku dalam Etnis Minangkabau

(Lihat : Budaya Minangkabau)

Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang oleh orang Minang sendiri hanya disebut dengan istilah suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak. Selain itu terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut. Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu rumah yang disebut Rumah Gadang.

Di masa awal terbentuknya budaya Minangkabau, hanya ada empat suku dari dua lareh (laras) atau kelarasan . Suku-suku tersebut adalah:

* Suku Koto
* Suku Piliang
* Suku Bodi
* Suku Caniago

Dan dua kelarasan itu adalah :

1. Lareh Koto Piliang yang digagas oleh Datuk Ketumanggungan
2. Lareh Bodi Caniago, digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang

Perbedaan antara dua kelarasan itu adalah:

* Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi Militeristik
* Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi Sosialis

Dalam masa selanjutnya, munculah satu kelarasan baru bernama Lareh Nan Panjang, diprakarsai oleh Datuk Sakalok Dunia nan Bamego-mego. Sekarang suku-suku dalam Minangkabau berkembang terus dan sudah mencapai ratusan suku, yang terkadang sudah sulit untuk mencari persamaannya dengan suku induk. Di antara suku-suku tersebut adalah:

* Suku Tanjung
* Suku Sikumbang
* Suku Sipisang
* Suku Bendang
* Suku Melayu (Minang)
* Suku Guci
* Suku Panai
* Suku Jambak
* Suku Kutianyie atau Suku Koto Anyie
* Suku Kampai
* Suku Payobada
* Suku Pitopang atau Suku Patopang
* Suku Mandailiang
* Suku Mandaliko
* Suku Sumagek
* Suku Dalimo
* Suku Simabua
* Suku Salo
* Suku Singkuang atau Suku Singkawang

Asal Muasal

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang (menang) dan kabau (kerbau). Nama itu berasal dari sebuah legenda. Konon pada abad ke-13, kerajaan Singasari melakukan ekspedisi ke Minangkabau. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat lokal mengusulkan untuk mengadu kerbau Minang dengan kerbau Jawa. Pasukan Majapahit menyetujui usul tersebut dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif. Sedangkan masyarakat Minang menyediakan seekor anak kerbau yang kelaparan karena di pisah dari induknya dengan diberikan pisau pada tanduknya. Dalam pertempuran, anak kerbau itu karena kelaparan dan haus langsung mengejar kerbau Jawa, dan langsung mencabik-cabik perutnya, karena menyangka kerbau tersebut adalah induknya yang hendak menyusui. Kecemerlangan masyarakat Minang tersebutlah yang menjadi inspirasi nama Minangkabau.

Namun dari beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama Minangkabau sudah ada jauh sebelum peristiwa adu kerbau itu terjadi, dimana istilah yang lebih tepat sebelumnya adalah "Minangkabwa", "Minangakamwa", "Minangatamwan" dan "Phinangkabhu". Istilah Minangakamwa atau Minangkamba berarti Minang (sungai) Kembar yang merujuk pada dua sungai Kampar yaitu Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan. Sedangkan istilah Minangatamwan yang merujuk kepada Sungai Kampar memang disebutkan dalam prasasti Kedukan Bukit dimana disitu disebutkan bahwa Pendiri Kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang melakukan migrasi massal dari hulu Sungai Kampar (Minangatamwan) yang terletak di sekitar daerah Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Dan suku Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah Timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar atau Minangkamwa (Minangatamwan) hingga tiba di dataran tinggi Luhak nan Tigo (darek). Kemudian dari Luhak nan Tigo inilah suku Minang menyebar ke daerah pesisir (pasisie) di pantai barat pulau Sumatera, yang terbentang dari Barus di utara hingga Kerinci di selatan.

Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan Persia. Dimana migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis.

Kemasyarakatan

Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.

Pendidikan

Agar segala budaya dan segala aturan dari masing-masing adat tidak hilang dan punah, maka para orang orang tua selalu mengajarkan segala sesuatunya ke pada anak cucu mereka. Dan terus melestarikan ;

"Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah"

"Anak dipangku Kamanakan Dibimbiang"

dan banyak lagi lainnya..

Untuk pendidikan di sekolahan ada juga memperlajari Budaya Adat Minangkabau.
Selengkapnya...