♥♥♥♥♥ Condong mato ka nan rancak condong salero ka nan lamak rancak di awak katuju di urang ♥♥♥♥♥

12/08/10

Gulai itiak lado ijo

Untuk meneruskan postingan terdahulu mengenai gulai itiak cabe ijo, nah kali ini supiak akan melengkapi seperti ada yang kurang... hmm cara bikinnya gmna ya.. ga usah mikir dan nyari sana sini, berikut neh ya...



bahan-bahan :

  • 1 ekor itik yang muda
  • Serai 1 batang,
  • Jahe dan lengkuas dua ons,
  • bawang merah giling 2 ons,
  • bawang putih 2.5 ons,
  • Cabe ijo seperempat kilo,
  • daun kunyit dan daun salam,
  • garam,
  • minyak goreng
cara membuatnya ;

Tumis bawang merah ,bawang putih,jahe lengkuas, daun-daun,kemudian masukkan cabe ijo ,setelah cabe sudah di rasa sudah masak, masukkan itik,mamasak dengan api sedang….tunggu sampai daging empuk

hmmm sepertinya enak tuh...selamat mencoba ya...

Selengkapnya...

20/07/10

Tradisi Balimau

Tidak terasa begitu cepatnya waktu berlalu, supiak ataupun sanak saudara yang beragama islam sudah mulai mendekati bulan nan suci bulan penuh berkah yaitu bulan Ramandhan. Inilah bulan yang sangat di tunggu-tunggu.

Apabila sudah mendekati bulan Ramadhan di kampuang nan tacinto sudah mulai di sibukkan dengan tradisi balimau. Mungkin tidak hanya di kampuang supiak di minangkabau saja yang memiliki tradisi balimau ini, di kampung seberangpun ada.

Kali ini supiak jadi teringat masa- masa waktu masih di bangku sekolah dahulu. Dimana supiak pun sempat merasakan atau mengikuti tradisi balimau. Jadi teringat masa-masa yang cukup berkesan di waktu itu. Supiak dan kakak-kakak perempuan beserta kedua orang tua dan tidak lupa mengajak sanak saudara lainnya, kami pergi balimau ke tempat yang lumayan cukup jauh yaitu ke Pantai Carocok Painan. Karena merasa belum pernah menjajaki daerah sejauh ini dari Bukittinggi, terbesitlah rencana untuk pergi ke pantai carocok Painan Sumatera Barat.

Berangkatlah pagi-pagi kami dari Bukittinggi, melewati lembah Anai karena tujuan utama kami adalah Pantai Carocok maka kami tidak sempatkan waktu untuk berhenti di lembah Anai ini. Sepanjang perjalanan supiak dan keluarga kami bersenda gurau untuk menghilangkan perasaan bosan di perjalanan.

Setelah cukup menempuh perjalanan yang jauh dari Bukittinggi ke Painan, maka sampai lah kami di Pantai Carocok. Dengan mengucap syukur dan bahagia supiak dan keluarga turun dan mulai menapaki jalan menuju tepian pantai. Yang menarik dari Pantai ini adalah air pantai ini ada kalanya surut dan pasang. Pantai nya masih asri dan banyak pepohonan dan pengunjung ke pantai ini terbilang masih sedikit, tidak seramai Pantai Padang, Pantai Pariaman, Pantai Pasir Putih, Pantai Air Manis, dan banyak lagi yang lainnya.

Hal yang unik dari pantai ini adalah bentuk pantainya memang mirip seperti carocok ( corong) hmm wajarlah pantai ini di beri nama pantai carocok karena memang bentuk pantainya serupa dengan carocok (corong). Kami sungguh beruntung saat itu karena air pantai sedang surut. jadi kami di beri kesempatan untuk pergi ke tengah pulau.

Supiak dan rombongan berjalan ke tengah pantai dengan air setinggi mata kaki. Dengan jarak beberapa meter dari tepian sampai lah supiak dan rombongan di tengah pulau kecil yang mana di pulau ini banyak pohon kelapa. Kami sekeluarga beristirahat di pulau tersebut. Dengan melepas lelah dengan perjalanan yang lumayan jauh. Kami sempatkan untuk makan siang di pulau kecil tersebut. Adapun bekal makan siang tersebut kami bawa dari Bukittinggi. Nasi yang lauknya telur rebus balado di bungkus dengan daun pisang. Hmmm bau nya sungguh membuat perut bertambah lapar. Lauk pauk yang lainnya pun tidak lupa di suguhkan waktu itu yaitu rendang daging, ayam balado goreng cabe merah. Betapa nikmatnya makan bersama waktu itu selain lauk pauknya, dengan nasi bungkus daun pisang di temani oleh angin pantai yang menyegarkan.

Kamipun tidak bisa berlama-lama di sana karena waktu air pasang pun segera tiba. kami kembali ketepian pantai dan kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari masjid di sekitar untuk melaksanakan kewajiban shalat Zuhur.

Setelah shalat zuhur kamipun melanjutkan perjalanan kembali ke Bukittinggi. Kami tidak lupa untuk singgah di Lembah Anai, serta singgah di Bika Mariana. Duh Perjalanan yang menyenangkan.

Selengkapnya...

10/06/10

Malin Kundang si Anak Durhaka

Malin Kundang adalah cerita rakyat yang berasal dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.

Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Sumber : http://dongeng.org/cerita-rakyat/nusantara/malin-kundang-si-anak-durhaka.html
Selengkapnya...

01/06/10

Ketupat Ketan

Duh makanan lagi..ehehhe maklum lagi kangen sama kampung halaman nan jauh di mato. Nah kali ini ada yang menarik, yaitu ketupat ketan. uihhhhhh

Makanan ini cukup unik karena selain beras ketan di buat untuk Lamang, tetapi bisa di sajikan dalam bungkus ketupat. Cara membuatnya pun tidak jauh berbeda dengan lamang. nah berikut



bahan-bahannya ;

* 16 selongsong/bungkus ketupat, anyaman harus rapat agar hasil ketupat bersih tidak ada noda garis-garis coklat/merah

* 1000 gr beras ketan, cuci hingga benar-benar bersih, rendam selama 2 jam, kemudian tiriskan

* 11 lt air bersih

* 2 sdm garam

* 2 lt santan

Cara Membuat :

* Masukkan beras ketan ke dalam selongsong hingga 75%.

* Rebus santan, air dan garam sampai mendidih.

* Masukkan ketupat hingga terendam, rebus selama 6 jam.

* Angkat, tiriskan dengan jalan digantung atau diletakkan di atas saringan anyaman bambu.

* Selama perebusan, jika air menyusut, tambahkan air yang sudah mendidih bukan air dingin. Jaga agar semua ketupat terus terendam air yang mendidih.

Ya sudah selamat mencoba membuatnya deh..ehehehe.. o iya, makanan ini bisa di hidangkan dengan durian,pisang goreng dan lainnya.
Selengkapnya...

12/05/10

Los Lambuang

Bagi yang pernah datang atau berkunjung ke daerah Bukittinggi maka tidak akan asing mendengar kata-kata "Los lambuang". Apalagi kalau anda orang bukittinggi asli. Bagi yang belum tahu, nah di sini supiak akan informasikan bahwa Los lambuang itu adalah merupakan tempat orang menjual makanan khas minang kabau yaitu nasi kapau dan ketupat.


Nah untuk tempat los lambuang ini berada yaitu di dekat pasar lereng pasar Bukittinggi. Masakan di tempat ini adalah masakan asli khas bukittinggi. Sebut saja nasi kapau merupakan nasi ramaskhas nagari Kapau, Sumatera Barat, yang terdiri dari nasi, sambal, dan laukpauk khas Kapau, gulai sayur nangka (cubadak), gulai tunjang (urat kakikerbau atau sapi), gulai cangcang (tulang dan daging kerbau), gulaibabek (paruik kabau),usus(tambusu) dan lain sebagainya.

Kapau adalah nama tempat. Nama sebuah nagari, Nagari Kapau, Kecamatan TilatangKamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Letaknya sekitar lima kilometer dari Bukittinggi. Dari Bukittinggi ke Payakumbuh lewat Jalan Soekarno-Hatta. Sampai simpang empat Tanjung Alam, beloklah ke kiri. Anda sudah memasuki kawasan Kapau. Udaranya jernih dan segar. Hamparan sawah di mana-mana mengepung Gunung Merapi dan Gunung Singgalang.

Selain nasi kapau di Los lambuang ini juga ada ketupat pical. Makanan ini merupakan salah satu makanan favorit supiak waktu jaman sekolah dahulu. Dahulu sepulang sekolah apabila ada keperluan ke pasar atas, masih di sempatkan untuk singgah di Los lambuang untuk makan ketupat pical. Hmmm lama-lama jadi kepengen lagi, tapi bagaimana yaaaa.....

Los Lambuang tidak pernah sepi oleh pengunjung. Terkadang apabila ingin makan di sana mesti ngantri nunggu orang lain selesai makan. Yang terbilang cukup rame apabila hari rabu,sabtu apalagi liburan.

Nah bagi yang ingin jalan-jalan ke kota Bukittinggi maka Los Lambuang patut di jadikan referensi tempat yang dijamin tidak akan kecewa.Semoga saja.

Selengkapnya...

05/04/10

Bordir khas bukittinggi

Tak asing di dengar kalau anda merasa pecinta koleksi hasil produksi2 khas daerah. Nah yang satu ini yang ingin supiak bahas adalah tentang bordir, bordir khas bukittinggi. Apabila anda datang dan main ke pasar tradisional di bukittinggi di pasar atas, akan banyak anda temukan hasil jahitan yang di jahit pada sebuah kain dengan mengikuti motif yang di gambarkan. Ada yang paling terkenal adalah bordiran krancang.

Bordiran kerancang khas bukittinggi identik dengan "lubang lubang".Pembuatan kerancang ini adalah suatu proses yang rumit serta menyita waktu. Seorang pembordir harus memperhitungkan “tarikan” benang ke kain ( bahan dasar ). Apabila tarikan benang terlalu tegang, maka kain disekitar kerancang akan “mengkerut”. Apabila tarikan benang kurang tegang, maka jalinan kerancang akan tidak “padat” dan “rapat”, serta mudah putus karena ketegangan benang bordir tidak sama.

Selain itu, dalam pembuatan kerancang yang berukuran kecil, seorang pembordir harus memperhatikan ukuran jalinan antar kerancang, karena pembuatan kerancang adalah suatu proses yang memiliki “point of no return“. Jalinan kerancang tersebut sebenarnya terdiri dari jalinan benang bodir serta bagian bahan dasar yang dipilin untuk menjadi tepi kerancang. Apabila jalinan ini putus, maka hal ini tidak bisa diperbaiki karena bahan dasar yang terpilin untuk membentuk jalinan kerancang tersebut juga ikut terputus ( robek ). Juga kerancang kerancang ini haruslah dibuat dengan mengikuti ukuran serta jalur ( path ) dari disain bordir secara keseluruhan. Sedikit saja terjadi kesalahan perhitungan maka jalur disain bordir tidak akan bisa dipertemukan dengan tepat sehingga hasil bordiran akan terlihat “senjang” (timpang)

Saking rumitnya pembuatan bordir kerancang halus khas Bukittinggi ini, seorang kolega dari Qatar menyebut bahwa bordiran ini bukan sekedar bordiran, tapi sudah merupakan karya seni (piece of art), yang bukan saja amat pantas untuk dipakai, tapi juga pantas digunakan sebagai hiasan rumah.

Dahulu proses pembuatan bordir kerancang halus ini sepenuhnya dikerjakan dengan tangan ( 100% purely handmade ). Tingkat kesalahannya tinggi karena manusia memiliki faktor kelemahan daya tahan serta kelelahan, apalagi mengerjakan sesuatu yang rumit dan serba kecil kecil. Untuk mendapatkan bordiran yang 75 % error free bisa memakan waktu hingga tiga bulan bahkan lebih. Namun rumitnya proses serta lamanya waktu pembuatan sebanding dengan keindahan bordiran yang dihasilkan.

Oleh karena proses pembuatannya yang rumit, tingkat kesalahan yang tinggi serta menyita waktu, sementara permintaan akan bordir kerancang sangat tinggi, belakangan muncul ide untuk membuat “kerancang instant”, yaitu dengan membuat jahitan secara mengeliling membentuk lingkaran, segi empat atau segitiga, kemudian bagian tengah dari lingkaran tersebut ditusuk dengan menggunakan solder panas ( alat untuk mematri ). Hasil tusukan solder panas ini akan meninggalkan lubang yang akan terlihat seperti kerancang.

Hasil bordiran ini bisa di bentuk, atau dijadikan mukena,jilbab,baju dan banyak lainnya.

Sumber : http://bordir.wordpress.com/2007/05/07/bordir-kerancang-halus-khas-bukittinggi/
Selengkapnya...

09/03/10

Dendeng batokok


Duh ko tumben banget jadi kepengen sama masakan yang satu ini. Uih Dendeng batokok. Bagi orang minang masakan yang satu ini sudah tentunya tidak asing lagi. Jadi tambah kepengen deh..

Dendeng batokok ini adalah salah satu masakan minang yang dagingnya di tipiskan dengan cara di tokok ( di pukul). Dagingnya dari daging sapi.

Berikut resep dari "Dendeng batokok"

bahan:
500g daging sapi, potong 6-8bagian agar cepat matang
300ml santan encer (pengganti air kelapa)

bumbu daging (dihaluskan):
1sdm ketumbar bubuk
5siung bawang putih
1ruas jari jahe
2sdt garam

saus balado:
3 sdm margarin untuk menumis
100g cabe hijau
8 siung bawang merah
50ml kaldu dari sisa rebusan daging
1 bh tomat merah ukuran besar, iris2
1 sdm air jeruk lemon /nipis

cara membuat:
campur daging dengan bumbu yang telah dihaluskan, diamkan sebentar.Didihkan santan, masukan potongan daging, masak sampai santan agak kering sambil sesekali diaduk (sisakan 50ml rebusan daging untuk campuran saus balado), keluarkan potongan daging dan iris2 mengikuti seratnya.

panaskan pemanggang pada suhu 200oC, kemudian tokok2 irisan daging pelan2 dg cara memukul dg batu lado(cabe), atur potongan dendeng diatas tempat pemanggang yg telah dialasi kertas roti, panggang +15-20menit atau sampai warna dendeng coklat kegelapan, atur di piring saji, sisihkan.

tumbuk kasar cabe hijau dan bawang merah, tumis sampai cukup layu, tambahkan sisa rebusan daging, didihkan. masukan irisan tomat dan jeruk air nipis, aduk rata, cicipi dan bubuhi garam sesuai selera, lanjutkan memasak sebentar, angkat.

Selengkapnya...

01/03/10

Suntiang..

Dalam alek di minangkabau pada umumnya pengantin perempuannya menggunakan suntiang. Suntiang adalah hiasan kepala pengantin perempuan di Minangkabau atau Sumatra Barat. Hiasan yang besar warna keemasan atau keperakan yang khas itu, membuat pesta pernikahan budaya Minangkabau berbeda dari budaya lain di Indonesia.

Tak hanya perbedaan bentuk dan ornamen, memakai suntiang kerapkali juga salah satu yang ditakutkan calon pengantin perempuan Minang. Suntiang yang beratnya bisa mencapai 3,5 kg dan mesti dikenakan di kepala selama pesta berlangsung umumnya sehari-semalam, membuat si calon pengantin perempuan yang disebut ‘anak daro' was-was dan cemas akan tidak sanggup menjalankannya. Apalagi pada zaman dulu. Suntiang yang besar itu, bahkan beratnya sampai 5 kg bahkan ada yang terbuat dari emas.

Secara garis besar jenis suntiang ini adalah sbb :

1. Suntiang bungo pudieng (suntiang berbunga puding)
2. Suntiang pisang saparak (suntiang pisang sekebun)
3. Suntiang pisang saikek (suntiang pisang sesisir)
4. Suntiangkambang loyang (suntiang pisang sesisir)

Dari segi ikat (dandanan) dengan segala variasinya suntiang ini dapat pula dibedakan, suntiang ikat pesisir, suntiang ikat Kurai, suntiang ikat Solok Selayo, suntiang ikat Banuhampu Sungai Puar, suntiang ikat Lima Puluh Kota, suntiang ikat Sijunjung Koto Tujuh, suntiang ikat Batipuh X Koto, suntiang ikat Sungayang, dan Lintau Buo. Suntiang ikat bungo pudieng banyak dipakai didaerah Batipuh Tanah Datar. Suntiang pisang separak banyak dipakai didaerah Luhak Lima Puluh Kota, Solok, Sijunjung Koto Tujuh, dan Sungai Pagu. Suntiang pisang sasikek banyak dipakai di daerah Pesisir. Suntiang kambang loyang banyak dipakai di daerah lain.

Perlengkapan pakaian adat Limpapeh Rumah Nan Gadang dibuat oleh orang Minangkabau sendiri. Ada daerah yang cukup terkenal dengan pandai sulam ini di Minangkabau seperti Padang, Pariaman, Tanjung Sungayang, Batipuh Bunga Tanjung, Koto Gadang, Payakumbuh. Sedangkan Pandai Sikat terkenal dengan tenunan kain upieh (kain balapak).Suntiang sendiri sebenarnya dibuat sekelompok perajin.

(Sumber : Sejarah dan Budaya Adat Minangkabau)
Selengkapnya...

19/02/10

Lah lamo ga basobok

Alhamdulillah ga taraso kini lah 2010 sajo. Indak taraso se. Alhamdulillah sampai saat kini masih di agiah umua panjang jo diagiah kesempatan untuk manjalani hidup.

Cukup lumayan lamo indak ado manorehkan kato-kato di blog ko, indak taraso lah rindu pulo kironyo. Lah lamo ga basobok itulah kato-kato yang agak cocok. Ya mudah-mudahan iko awal yang baru untuak supiak mamulai aktif di blog iko.
Selengkapnya...